Pancake Tape, Cara Lain Mengolah Tape

Tape atau tapai. Siapa yang tak mengenalnya? Tape yang merupakan hasil olahan singkong ini termasuk panganan yang digemari oleh semua lapisan masyarakat. 

Tape menjadi favorit para emak dalam membuat kudapan untuk cemilan keluarga. Atau sekadar teman minum teh bersama pasangan. Bahkan sendirian yang biasa kita kenal dengan sebutan "Me Time."

Bagi saya tape termasuk daftar wajib penghuni kulkas selain pisang tanduk. Kenapa wajib? Karena dua panganan tersebut paling cepat dan praktis untuk diolah menjadi cemilan. 

Cukup dengan memasukkannya ke dalam adonan tepung terigu lalu digoreng. Jadilah cemilan untuk teman ngeteh di pagi atau sore hari.

Maka ketika dari dalam rumah terdengar teriakan si abang tukang tape yang khas sekali,"Tuapeeeee!!!" Saya pun segera berteriak sebelum si Abang tukang tape berlalu. "Beli Baaaaangggg!"

Jadilah si tape yang saya beli ini penghuni kulkas menggantikan si pisang tanduk. Dalam hati bergumam sendiri. "Dibikin apa lagi ya? Bosan juga bikin tape goreng terus. Yang makan sih asik-asik saja."

Mau membuat cake tape saya malas mengolahnya. Ribet. Mesti di mixer dulu sampai halus dan mengembang. Lalu di oven sampai matang. Setelah itu barulah cake tape-nya bisa dinikmati. 

Belum lagi pernil-pernil tambahan lainnya selain tepung dan gula. Yaitu telur, pengembang kue, mesis atau keju untuk pemanis. Bagi saya hal itu namanya ribet. 

Memang sih hasilnya lebih berkelas. Cake tape seperti yang ada di toko-toko kue. Berhubung saya agak malas beribet-ribet seperti itu. Inginnya yang serba praktis dan cepat. Maka tape goreng menjadi pilihan cepat.

Namun karena bosan makanya ingin mengolah dengan cara lain yang tetap praktis dan cepat. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat pancake tape.

Hal ini terinspirasi dari menu di salah satu kafe tempat saya biasa nongkrong-nongkrong syantik. Deal. Pancake tape kata saya dalam hati. Dengan penuh semangat saya melangkah ke dapur sambil menenteng tape. Kemudian menyiapkan bahan-bahan pendukung lainnya.