Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Semakin Santun Karena Berpantun

4 Oktober 2019   23:53 Diperbarui: 5 Oktober 2019   00:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alunan musik indah melodinya

Iringi tembang lagu balada

Dinda cantik siapa yang punya

Bolehkah Abang melamar Dinda

Aih, hati siapa yang tak meleleh jika mendapatkan sepucuk surat berisi pantun seperti itu. Ini salah satu kutipan pantun pernikahan dalam buku "Semakin Santun Karena Berpantun" karangan Achmad Fachrodji.

Dulu. Ya, itu dulu. Gaya muda-mudi zaman dulu dalam mengungkapkan rasa. Baik secara langsung maupun melalui sepucuk surat.

Kebetulan saya produk muda-mudi zaman dulu. Jadi bisa merasakan bagaimana perasaan ini saat mendapati pantun seperti itu dari sang pujaan hati. Rasanya melayang di awang-awang hati ini.

Lalu bagaimana dengan zaman now? Tentu berbeda gaya. Jadi entahlah bagaimana perasaan mereka jika mendapatkan pesan cinta berbentuk pantun.

Bisa suka bisa jadi biasa saja. Karena pantun di zaman now ini memang tidak sepopuler dulu. Padahal kata demi katanya sangat memikat ya? Santun, begitu pendapat si penulis.

Indah tetapi tak mudah. Itu yang saya apresiasi dari pantun ini. Artinya tidak mudah membuat sebuah pantun. Butuh ketrampilan khusus. Zaman dulu saja saya tidak mudah berbalas pantun. Apalagi sekarang.

Dokpri
Dokpri

Oleh karenanya saya salut dan acung jempol dengan terbitnya buku ini. Apalagi penulisnya bukanlah penyair yang sudah kita kenal dalam dunia sastra.

Achmad Fachrodji adalah pemimpin di beberapa BUMN. Saat ini ia merupakan Direksi di Balai Pustaka. BUMN yang memiliki akar sejarah sastra yang telah berusia lebih dari 100 tahun.

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Dikenal luas oleh masyarakat se-Nusantara. Melambangkan keindahan bahasa dan budaya masyarakat dalam bertutur.

Kehadiran buku ini sangat bermanfaat, bagi saya khususnya. Untuk memperkaya batin. Juga perbendaharaan karya sastra.

Buku ini terdiri atas 22 jenis pantun. Seperti pantun nasihat, pantun budaya, pantun bisnis dan lain-lain. Tiap jenis pantunnya memuat sekitar 28 bait pantun. Terbayang kan berapa banyak pantun yang ada dalam buku setebal 208 halaman ini?

Tertarik? Harus. Karena buku ini memang bagus. Tidak rugi mengoleksi buku ini. 

Penjual keliling berharap laku

Dari kota berputar putar

Cobalah sering membaca buku

Semoga kita semakin pintar

Setidaknya bisa jadi kutipan untuk ngegombalin kamu. Eh, merayu kamu? 

Jambu batu warnanya merah

Buah mangga rasanya manis

Hari Sabtu cuacanya cerah

Bersama keluarga lebih harmonis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun