Alunan musik indah melodinya
Iringi tembang lagu balada
Dinda cantik siapa yang punya
Bolehkah Abang melamar Dinda
Aih, hati siapa yang tak meleleh jika mendapatkan sepucuk surat berisi pantun seperti itu. Ini salah satu kutipan pantun pernikahan dalam buku "Semakin Santun Karena Berpantun" karangan Achmad Fachrodji.
Dulu. Ya, itu dulu. Gaya muda-mudi zaman dulu dalam mengungkapkan rasa. Baik secara langsung maupun melalui sepucuk surat.
Kebetulan saya produk muda-mudi zaman dulu. Jadi bisa merasakan bagaimana perasaan ini saat mendapati pantun seperti itu dari sang pujaan hati. Rasanya melayang di awang-awang hati ini.
Lalu bagaimana dengan zaman now? Tentu berbeda gaya. Jadi entahlah bagaimana perasaan mereka jika mendapatkan pesan cinta berbentuk pantun.
Bisa suka bisa jadi biasa saja. Karena pantun di zaman now ini memang tidak sepopuler dulu. Padahal kata demi katanya sangat memikat ya? Santun, begitu pendapat si penulis.
Indah tetapi tak mudah. Itu yang saya apresiasi dari pantun ini. Artinya tidak mudah membuat sebuah pantun. Butuh ketrampilan khusus. Zaman dulu saja saya tidak mudah berbalas pantun. Apalagi sekarang.