Iya, sih. Begitu juga dengan adik saya. Kata saya dalam hati. Ini soal keyakinan juga sih. Mungkin kalau saya dan adik-adik masih setia dengan jamu, itu karena didikan orang tua. Sementara si anak muda yang generasi milenial tentu karena kesadaran sendiri.Â
Hal tersebut membuktikan bahwa jamu bungkus dengan segala khasiatnya masih menjadi primadona di beberapa kalangan. Meski pedagang jamu tak sebanyak dulu. Namun keberadaannya masih dibutuhkan.Â
Jika ada yang berpendapat, "Hari gini jualan jamu apa ya masih laku?" Ups. Jangan salah. Masih sangat laku. Buktinya tukang jamu langganan adik saya ini sudah puluhan tahun setia dengan jamunya. Karena memang ada peminat dan pelanggan setianya. Adik saya salah satunya.Â
Lantas bagaimana dengan isu yang sempat beredar kalau minum jamu tidak bagus untuk ini dan ini?
"Namanya orang dagang mah ada aja Neng isu yang menerpa. Jangankan jamu. Tahu aja pas ada isu begini begitu bikin pembeli kabur. Saya mah enggak pernah takut. Selama yang kita jual memang bener. Alhamdulillah saya puluhan tahun jualan jamu enggak pernah ada masalah," terang si bapak penjual jamu.
Intinya rezeki memang sudah ada yang mengatur. Mau berdagang apa saja pasti ada pasarnya tersendiri. Yang penting selalu menjadi pedagang yang baik. (EP)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H