"Apa? Cuma di rumah saja mengurus anak? Duh, enggak kebayang deh kalau gue jadi elo. Memangnya elo gak bete di rumah aja? Selama ini elo kan dari bangun tidur sampai mau tidur jadwalnya padat merayap."
Pertanyaan yang cukup dibalas dengan senyuman. Sebab si penanya belum di posisi kita. Dan lagi ketika kita di posisi si penanya pasti akan melontarkan pertanyaan yang sama. Manakala menjumpai kondisi seorang teman yang berubah 180 derajat.Â
Lalu sebagai pihak yang ditanya. Apakah pertanyaan seperti itu bisa menjatuhkan harga diri? Apakah menjadi full mom membuat kehilangan jati diri? Kita yang awalnya adalah "seseorang" kini menjadi "bukan siapa-siapa?"Â
Jawaban saya tidak. Menjadi full mom tidak akan menjatuhkan harga diri dan jati diri kita. Secara kasat mata memang terlihat sekali perbedaannya. Kita yang biasanya pagi-pagi sudah berdandan rapi dan siap berangkat ke kantor. Menjumpai orang-orang penting atau meeting di tempat-tempat elit. Kini sibuk di dapur dan mengurus anak.Â
Jika tidak siap mental bisa membuat hati tak karuan. Apalagi kalau berhentinya karena terpaksa. Baru memiliki anak dan tidak boleh bekerja lagi. Tetapi jika mau menerima dengan lapang hati. Menjadi full mom itu menyenangkan. Asal mengetahui tipsnya. Apalagi di jaman now, tak akan membuat mati gaya deh.Â
Menikmati hari-hari
Ditinggal sendirian di rumah tanpa asisten rumah tangga, hanya berdua dengan si baby bukan berarti dunia berakhir. Awali hari dengan bangun lebih awal. Membantu menyiapkan segala keperluan pasangan. Setelah pasangan berangkat bekerja, mulai berkutat dengan urusan si kecil.
Agar tak kehilangan suasana pagi dan tetap bisa berolahraga. Maka ajak si kecil jalan-jalan sambil berbelanja di sekitar perumahan. Selain menyehatkan kegiatan seperti ini bagian dari sosialisasi dengan tetangga sekitar. Namun tetap dijaga jangan sampai rumpies.
Selesai jalan-jalan biasanya si kecil mulai mengantuk. Saat si kecil tidur jangan ikutan tidur juga. Cicil pekerjaan rumah. Mulai dari racik-racik atau memotong sayuran, menyetrika, mencuci pakaian, menyapu dan mengepel.Â
Lakukan semua pekerjaan tersebut dengan lapang hati. Agar terasa ringan. Anggap saja berolahraga. Sehingga tidak menjadi beban segala perubahan yang terjadi. Saat semua pekerjaan usai, sambil bermain dengan si kecil kita bisa melakukan aktivitas membaca atau menulis. Atau ketrampilan lain yang kita suka. Merajut atau menjahit misalnya.
Dari sini kita bisa mulai menekuni hobi dan menjadikannya pekerjaan sambilan. Asal ditekuni bisa membuat kita enjoy. Dekat dengan anak dan tetap bisa berkarya. (EP)