Mendengar nama Tanjung Priok yang terlintas dipikiran adalah panas, riweh, truk besar dan kapal. Satu lagi, rawan. Yah, itu yang ada dipikiran saya. Mungkin juga yang ada dibenak sebagain besar masyarakat awam.Â
Tapi itu dulu. Sekarang sudah tidak lagi. Tanjung Priok yang sekarang menjadi tempat yang bisa saya rekomendasikan untuk senantiasa dikunjungi. Karena apa? Karena di sana ada museum yang pada bulan Desember lalu baru saja di soft launching. Namanya Museum Maritim.
"Loh! Bukankah sudah ada Museum Bahari? Paling konsep dan isinya tak jauh berbeda."Â
Eits, jangan salah menduga dulu. Ini beda. Kalau Museum Bahari letaknya di dekat Pelabuhan Sunda kelapa. Sedangkan Museum Maritim berada di Pelabuhan Tanjung Priok. Konsep dan isinya juga berbeda. Di Museum Maritim kita lebih banyak mengenal sejarah pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia. Juga peralatan yang ada dalam sebuah kapal.Â
Museum Maritim menempati bekas kantor Pelindo yang lama. Berupa bangunan tiga lantai peninggalan jaman Belanda yang sudah ada sejak tahun 1958. Jadi termasuk bangunan cagar budaya.Â
Masuk dari pintu utama kita akan disambut penerima tamu dengan senyum dan sapanya yang ramah. Bersiaplah mengisi buku tamu. Sampai saat ini pengunjung belum dikenakan tiket masuk. Jadi kita bisa langsung berkeliling melihat-lihat museum.Â
Lalu untuk akses menuju ke sana bagaimana? Mudah saja. Bagi pengguna angkutan umum bisa naik bus Transjakarta dan berhenti di halte terakhir, Tanjung Priok. Dari sana tinggal jalan kaki menuju pelabuhan. Ke depannya sih menurut Tinia Budiarti, kepala Museum Maritim, akan disediakan bus yang bisa membawa pengunjung melihat pelabuhan dari dekat. Bahkan naik ke kapal yang sudah ditentukan. Wah, jadi enggak sabar menunggu grand launchingnya nih.Â
Penasaran? Yuk berkunjung ke sana. Kalau bingung, bisa ajak saya untuk dijadikan guide loh! (EP)