SAPARDI DJOKO DAMONO. Nama yang sudah tidak asing di telinga para pencinta sastra. Di kalangan remaja puisi-puisi Sapardi kerap dijadikan status di media sosial atau sebagai kutipan untuk sang pujaan hati. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti api yang mencinta kayu."
Siapa yang tak meleleh mendapat pesan cinta seperti itu. Puisi-puisi karya Sapardi telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Arab, China, Jepang, Korea, Thailand, Hindi, Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Jawa dan Bali.Â
Beberapa penghargaan internasional pun telah ia raih. Diantaranya SEA WRITE AWARD dari Thailand tahun 1986. Cultural Award dari pemerintah Australia tahun 1978. Dan mendapatkan Hadiah Puisi Putera dari Malaysia tahun 1984.
Dalam sebuah kegiatan seperti bedah buku atau bincang-bincang, nama Sapardi Djoko Damono merupakan magnet bagi pengunjung untuk menghadiri acara tersebut. Termasuk saya. Ketika Gramedia dan Bentara Budaya Jakarta menggelar bincang-bincang mengenang NH.Dini. Penulis yang telah berpulang pada 4 Desember yang lalu.
Dalam bincang-bincang selama kurang lebih dua jam tersebut, secara gamblang Sapardi mengungkapkan bahwa secara personal hubungannya dengan NH.Dini itu tidak baik. "Dini itu muriki (memusuhi) saya setelah karyanya saya kritisi di salah satu media," ungkap Sapardi. "Saya mengupas apa adanya. Bahwa saya memang kurang memahami karyanya yang menurut saya terlalu mbulet (muter-muter)."
Sapardi mengungkapkan bahwa ia membaca karya NH.Dini pertama kali waktu SMP. Lama tidak membaca dan mengikuti perkembangannya. Baru pada saat mengajar ia mulai membaca karya-karya Dini lagi.Â
Dari situ ia mengatakan bahwa karya NH.Dini memang memiliki ciri tersendiri. Ditulis secara rinci dan detail apapun yang ia lihat dan rasakan. Dan ini bagus. Ketika saya katakan hal tersebut pada saat mengkritisi karya NH.Dini yang lain. Barulah ia baik lagi terhadap saya.
Di akhir sesi bincang-bincang, Sapardi mengatakan kepada seluruh peserta yang hadir. Bahwa dalam membaca, membaca saja. Tak perlu mencari caranya. Tak perlu mencari batasan-batasannya. Karena setiap buku pasti ada sisi menariknya. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H