Kegemaran saya akan olahraga, baik sebagai pelaku atau penonton sangat terbantu sekali dengan kehadiran Tabloid Bola pada tahun 1984. Apa yang ingin saya ketahui tentang sebuah olahraga, Bola menyajikan liputan dan ulasannya dengan lengkap. Mulai dari sepakbola, bulutangkis, tenis, otomotif sampai tinju. Semua bisa diketahui dengan membaca Tabloid Bola. Bisa dikatakan, Tabloid Bola mengiringi masa-masa ABG saya.
Bagi saya acara yang paling menarik adalah menonton pertandingan olahraga. Maka membeli Tabloid Bola menjadi wajib hukumnya bagi saya. Agar tidak ketinggalan berita terbaru terkait olahraga. Meski harus menyisihkan uang jajan atau malah tidak jajan sama sekali. Â Oleh karenanya saya simpan rapi Tabloid Bola yang sudah saya beli dan baca.
Salah satu kolom di Tabloid Bola yang sangat saya sukai adalah kolom "Dari Dekat." Saya lupa sejak kapan kolom itu hadir. Kolom ini merupakan ulasan tentang sosok atlet yang berprestasi di jamannya. Seperti sebuah biografi. Dibuat hingga beberapa bagian. Maka sayang jika terlewatkan satu bagiannya. Oleh karena itu saya tumpuk dengan rapi beberapa tabloid yang sudah saya baca.
Namun pada suatu ketika, saya nyaris histeris ketika sepulang sekolah melihat tumpukan itu berkurang. Begitu saya tanyakan orang rumah, ternyata sebagian dijual karena sudah terlalu banyak. Hanya disisakan sedikit saja, itu pun dengan alasan untuk membungkus sesuatu. Tentu saja saya merasa geram. Tetapi mau marah-marah pun percuma. Tepatnya takut dosa. Sebab ibu yang melakukan hal itu.
Akhirnya saya siasati dengan menggunting beberapa halaman yang dirasa penting dan bermanfaat. Salah satunya dengan menggunting lembaran yang ada di kolom "Dari Dekat" untuk dijadikan kliping. Satu atau dua bagian yang hilang, saya cari lagi melalui perburuan yang cukup nekad jika diingat-ingat saat ini.
Bagaimana tidak? Pertama saya harus mendekati cowok di sekolah yang terkenal angkuh dan dingin. Karena dari hasil bertanya ke sana-sini. Dialah satu-satunya cowok yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Yakni hobi membaca Tabloid Bola serta mengoleksinya.
Dan benar saja rasa kekhawatiran saya tersebut. Satpam yang bertugas saat itu menanyai maksud kedatangan saya dengan detail. Begitu saya katakan sudah membuat janji dengan Mba ini. Barulah saya diperbolehkan masuk.Â
Tiba di dalam, saya sempat terpana melihat sosok-sosok wartawan yang wajahnya tak asing lagi, karena kerap saya lihat di Tabloid Bola. Terpananya sebab kagum. "Ini toh orang yang tulisannya memberi banyak pengetahuan kepada saya dan para pembaca lain."