Ketika film nasional masih berjaya, banyak dari film-film layar lebar tersebut mengambil cerita dari novel yang terkenal di jamannya. Sebut saja Kampus Biru, Di Balik Dinding Kelabu, Karmila dan masih banyak lagi.
Adalah Maria A. Sardjono, penulis novel era 70-an yang karya-karyanya banyak diangkat ke layar lebar. Sekitar 100 novel lebih telah ditulisnya. Sampai sekarang ia masih mengeluarkan karya. Meski sebagian besar cetak ulang dari novel lamanya yang terkenal.
Saya salah satu penggemar karya-karya Maria A. Sardjono. Novelnya memang untuk konsumsi dewasa. Tetapi isi didalamnya serta tokoh utama yang mayoritas perempuan, sangat berkarakter. Jadi tidak menggambarkan sosok perempuan yang biasanya lemah, mudah termehek-mehek.
Dalam tokoh yang ditulisnya, Maria senantiasa menggambarkan sosok perempuan yang tegar, kuat dan mandiri. Tanpa menghilangkan sisi lembut dan manja dari seorang perempuan.
Hal inilah yang membuat saya jatuh suka dengan novel-novel karya Maria A. Sardjono. Mulai dari novel pertama sampai novel terbarunya selalu saya buru.Â
Lalu bagaimana dengan si penulis novel itu sendiri. Apakah saya buru juga? Oh, tentu saja. Jika bisa menemui si penulisnya, kenapa tidak?
Maka begitulah. Setelah berselancar di dunia maya dan mencari tahu tentang keberadaan nya. Akhirnya ketemu juga. Saya pun segera menghubungi beliau dan membuat janji.
Pertemuan pertama itu terjadi pada tahun 2015. Saya mengunjungi beliau yang tinggal di daerah Jatibening, Bekasi. Ini menjadi pertemuan yang paling berkesan bagi saya. Setelah 30 tahun mengoleksi novel-novel beliau.
Sejak itu kami sering bertegur sapa melalui media sosial. Kabar terakhir yang saya dengar, beliau pindah ke Yogyakarta. Ingin menghabiskan masa tua di sana.Â
Sampai pada suatu kesempatan saya mendapatkan kabar kalau beliau akan ke Jakarta, menghadiri sebuah acara keluarga. Maka saya pun membuat janji untuk bertemu kembali.Â
Setelah mencocokkan jadwal acara, akhirnya saya mendapatkan kesempatan itu. Berjumpa kembali dengan Maria A. Sardjono. Kali ini saya berkunjung ke kediaman sang anak di daerah Jatiwaringin. Sebab beliau jujugannya di sana.