Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Dilamar Saat Lebaran? Wow, Hadiah Paling Berkesan dan Tak Terlupakan Dalam Hidup

8 Juni 2018   05:34 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:34 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DILAMAR. Kalimat yang paling ditunggu oleh perempuan yang sudah menjalin hubungan serius dengan seseorang. Tapi dilamar menjelang lebaran seperti ini bagaimana rasanya? Pernahkah Anda mengalaminya? Rasanya tegang, deg-degan serta cemas. Tapi bahagia tentunya. Dan itu yang pernah saya alami. Wah!

Ya, setiap kali mendekati lebaran. Saya teringat peristiwa empat tahun yang lalu. Di mana saya dilamar tanpa rencana dan persiapan matang. Semua terjadi begitu saja. Yang membuat jantung saya serasa mau copot. Tegang rasanya. Tapi juga senang. Karena dilamar oleh orang yang memang dengannya saya sedang menjalani hubungan serius.

Lalu kenapa bisa mendadak dan tak terencana? Semua berawal dari sebuah undangan pesta ulang tahun dari seorang teman, yang merupakan tante dari salah satu penyanyi kenamaan Indonesia. Terbayangkan bagaimana suasana pestanya? Tantenya artis gitu. Tentu ada beberapa artis juga yang menghadiri acara tersebut. Saya sih biasa saja menerima undangan pesta ulang tahun itu. Tidak seheboh teman-teman yang lain. Artis kan manusia biasa juga. Untuk apa heboh dan bingung sendiri mau pakai baju apa ke acara itu? Jadi diri sendiri sajalah. Itu prinsip saya.

Maka begitulah. Saya datang dan mengikuti acara sampai selesai. Karena kebetulan hubungan keluarga saya dengan keluarga teman, termasuk orang tua si artis cukup dekat. Jadi ikut kumpul-kumpul sampai lama meski acara telah usai. Semua terlihat biasa saja kan? Tak ada yang istimewa.

Nah, menjadi sesuatu yang tak biasa dikemudian hari ketika teman saya itu berkunjung ke rumah menyampaikan amanat dari seseorang. Seseorang yang masih kerabat teman saya juga. Yang rupanya tertarik pada saya dan ingin menjadikan saya istrinya. Wow...seperti di film-film saja. Cinta pada pandangan pertama. 

Tapi itulah kenyataannya. Teman saya dan seseorang itu datang ke rumah dan mengutarakan niat tersebut pada ibu. Ibu menyerahkan keputusan kepada saya. Tapi sepertinya kok ibu tertarik dengan niat teman saya. "Kamu dengan yang di sana itu beneran gak? Kalau enggak, lebih baik sama yang ini. Serius. Kalau kamu menerima, besok bisa langsung diproses," kata ibu.

Tentu saja saya sedikit protes. Apa karena masih kerabat artis sehingga merasa tak enak untuk menolak? "Tentu saja serius., Bu," sahut saya. "Kalau begitu katakan padanya untuk menghadap ibu. Ibu ingin mendengar langsung dari orangnya,"kata ibu.

Glek. Saya menelan ludah. Ini kan secara enggak langsung saya minta kepastian dari pasangan? Minta dilamar. Padahal dia sudah bilang menunggu saat yang tepat. Kalau begitu kan jadi enggak enak sayanya.

"Tapi Bu...".                                                                    "Kalau bisa besok atau lusa dia suruh menghadap. Paling lambat sebelum takbiran," tukas ibu.                                                   "Tapi dia tinggalnya di luar kota, Bu. Mana mungkin hari gini disuruh datang. Mau lebaran. Dadakan pula," protes saya.                  "Di situlah akan terlihat keseriusan dia sama kamu. Jangan cuma telponan setiap hari. Tanpa kejelasan. Pokoknya katakan padanya. Ibu menunggu. Kalau tidak bisa, ibu terima lamaran yang lain."

Jika sudah begini, tinggallah saya yang kebingungan. Saya dan pasangan saat itu memang menjalani hubungan jarak jauh. LDR orang bilang. Banyak hal yang perlu kami persiapkan sebelum menghadap ke orang tua. Tapi dengan kejadian ini, terpaksa saya utarakan semua padanya.

"Duh, tidak bisa habis lebaran tah datangnya? Jadi sekalian dibicarakan semua? Lagi pula hari gini sudah sulit mencari tiket," ujar si dia.                                        "Itulah. Aku juga bingung. Sekarang terserah kamu deh. Aku pasrah.".                         "Kamu jangan sedih gitu. Baiklah akan aku upayakan bagaimana pun caranya. Setidaknya aku sendiri dulu menghadap ibu. Kamu tunggu saja kabar dariku."

Maka begitulah. Saya menjalani hari-hari terakhir puasa dengan perasaan cemas. Menunggu telpon dan sms darinya seperti menunggu lotre. Akankah kemenangan berpihak pada saya? Sampai akhirnya...."Jemput aku dibandara sore nanti ya? Aku akan datang."

Jantung siapa yang enggak mau copot? Kali ini karena senang. Tidak menyangka dia mau datang dalam kondisi yang cukup sulit. Seandainya saya yang diposisi dia, apakah saya akan seberani dia? Entahlah. 

Jadilah lebaran itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi saya. Mendapat hadiah berupa kedatangan si dia. Dan sebaris kalimat yang diucapkannya dengan mantap, memohon pada ibu untuk menjadikan saya istrinya. Maka dengan mantap pula saya membalas permohonannya. "Ijinkan saya menikah dengannya, Bu." (EP)

Kenangan, lebaran 2014 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun