Pilkada DKI mengguncang dunia maya, itulah fenomena yang menimpa sosial media, blog, atau forum forum diskusi di internet. Kompasiana pun tak luput dari fenomena tersebut. Akun lama maupun akun baru juga berpartisipasi untuk meramaikan topik pilkada DKI. Kemudian muncul akun 'paling baru' yang menulis topik topik tentang pilkada. Sayangnya akun tersebut hanya digunakan untuk melakukan negative campaigns di kompasiana. Bagaimana tidak, muncul akun dibulan agustus, tanpa foto, identitas yang jelas dan kemudian hanya menampilkan beberapa postingan dengan topik yang sama, yaitu mendiskreditkan atau menjelekkan salah satu pasangan calon gubernur. Menampilkan data yang didapat entah darimana, disertai opini negatif yang didramatisir. tidak ada yang melarang karena setiap orang diberi hak untuk berekspresi, namun sangat disayangkan.
Kemudian, apakah kompasiana menjadi sarana yang tepat untuk dilakukannya negative campaigns? Saya rasa tidak. Kompasiana berbeda dengan twitter dan facebook yang semua orang bisa memiliki dan menyuakinya. Tidak semua orang memiliki akun atau rajin mengunjungi kompasiana, karena orang yang memiliki akun ataupun orang yang rajin mengunjungi situs ini adalah orang - orang yang saya rasa memiliki wawasan yang luas karena mereka memiliki kegemaran untuk membaca, menelaah , mengulas dan juga menulis. Jadi saya yakin warga kompasiana tidak mudah terpengaruh oleh postingan - postingan akun kemarin sore. Mereka salah tempat.
Mari tumbuh dewasa dan cerdas bersama kompasiana :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H