Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nama saya adalah Deni I. Dahlan. Salam kenal. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

BBM Naik VS Virus Ebola

30 Agustus 2014   19:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CURHAT: KENAIKAN BBM VS VIRUS EBOLA

Entah kenapa, ketika saya melihat tulisan-tulisan yang ada di halaman Home Kompasiana, rasanya saya seperti melihat TV. Lengkap dengan berita-berita yang, entah itu benar atau tidak, yang menurut saya jauh lebih baik melakukan hal-hal yang bermanfaat yang dapat dijadikan solusi, bukan protes atau keluhan semata-mata.

Hal itu yang membuat saya menulis artikel ini, tentang kenaikan harga BBM. (padahal saya tidak berniat dan ogah sekali membahas masalah ini, karena saya lebih tertarik untuk mengeksplor diri sendiri, hal-hal baik apa yang dapat saya lakukan untuk diri dan orang sekitar. Tapi, bagaimanapun, pada akhirnya saya menulis tentang kenaikan harga BBM juga seperti kebanyakan penulis-penulis senior nan berpengalaman di situs ini).

Ngomong-ngomong soal BBM, saya sempat berpikir untuk mengkritik pemerintah, namun apa dengan kritikan itu bisa menurunkan harga BBM?

Sementara jauh di negara-negara Afrika sana, banyak warga harus berhadapan dengan virus yang mematikan, yaitu virus ebola! Sekarang saya tanya Anda, kalau disuruh memilih, dan pilihannya mutlak satu, mana yang Anda pilih, hidup di negara yang BBM-nya naik, yang mungkin dalam jangka pendek sangat mengagetkan kita namun lama-kelamaan kita akan terbiasa dengan kenaikan tersebut (seperti kenaikan BBM yang sebelumnya terjadi, di awal kebijakan terbentuk kita sangat marah dan protes sana-sini, dan opini kita yang ngaku-nya warga miskin (ingat, ngaku-nya lho ya) tidak didengar oleh pemerintah yang pada akhirnya kenaikan harga BBM tetap terjadi. Dan 1 tahun, 2 tahun setelah kenaikan, kita masih dapat hidup dengan normal sampai sekarang, kan?)

atau kita memilih hidup di negara yang terdapat virus mematikan dan menular serta mengancam nyawa kita dan orang-orang yang kita sayangi.

Perhatikan perbedaannya!

Di Indonesia, kenaikan harga BBM saja dipeributkan dari kelas bawah sampai kelas atas. Padahal, kalau disederhanakan, kenaikan harga BBM sudah tidak dapat dihindarkan karena memang seperti itulah harga komoditas BBM sekarang. Mau menghindar? Silahkan. Mau protes? Silahkan, tapi protes-lah kepada pihak-pihak terkait. Anda tahu, apa yang ada di pikiran saya saat ini? Orang-orang Indonesia lebih suka protes, lebih suka ngobrol, lebih suka menggunjing, padahal kalau kita teruskan kebiasaan tersebut hanya malah menjadi bahan obrolan saja, dan mengambat waktu produktif kita untuk melakukan hal-hal baik bagi diri maupun alam sekitar.

Di Afrika, virus ebola telah membuat warga-warganya mengungsi. Apakah mereka sempat mengeluh? Tidak, mereka pasrah dan menerima keadaan. Mereka rela meninggalkan tempat tinggal mereka untuk mengungsi tanpa protes sana-sini. Mereka juga tidak mencemooh apa yang telah menimpa mereka. Walaupun tentu sebagai manusia, mereka ketakutan, khawatir, sedih atas musibah yang terjadi, tapi mereka mampu menerima itu semua. Mereka sabar. Dan salah satu ciri orang yang sabar adalah rela menerima keadaan, namun mereka masih berusaha untuk berpikir bagaimana mereka memperoleh keadaan yang lebih baik bagi mereka dan orang-orang sekitar.

Ah, kelihatannya saya sudah kelewatan batas. Situs Kompasiana ini kan digunakan sebagai ajang untuk menulis unek-unek kita, terlepas baik atau buruk. Secara tidak sadar, ketika menulis ini saya sudah terpancing untuk berlaku seperti orang Indonesia yang saya sebutkan di atas. Ya, saya telah protes, tidak menerima keadaan, bahwa orang-orang Indonesia lebih suka membahas masalah daripada mencari jalan keluarnya, seperti orang-orang yang protes terhadap kenaikan harga BBM dan tidak mau cari jalan keluarnya. Secara tidak sengaja, tulisan saya ini telah membuat saya seperti itu. Padahal, kalau saya ambil keputusan yang baik bagi diri saya, saya tidak usah ngomel lewat tulisan ini. Harga BBM naik? ya sudah, naik ya naik. Kalau nggak mau beli bensin yang harganya naik, ya sudah nggak usah beli. Nggak usah kemana-mana. Gitu saja.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun