Namun, mungkin hanya sedikit yang mengamalkannya dengan tertib, yakni memastikan diri sebelum berhaji itu keyakinan syahadatnya sudah benar, shalat 5 waktunya terjaga dengan benar, kewajiban zakatnya ditunaikan secara benar, dan puasa Ramadannya dijalani dengan benar.Â
Penempatan ibadah haji di urutan terakhir kewajiban ber-Islam itu dimaksudkan agar ibadah haii itu menjadi puncak pencapaian kematangan spiritual seseorang. Sehingga diharapkan, sepulangnya mereka berhaji, para haji ini bisa mewarnai positif lingkungan di manapun mereka berada. Petani yang Haji, Pedagang yang Haji, Buruh yang Haji, Bos yang Haji, Pegawai yang Haji, Guru yang Haji, Ustadz yang Haji, Kiyai yang Haji, dst., dengan kehajiannya itu diharapkan mereka menjadi rahmat bagi semesta alam, tidak menjadi laknat; menjadi berkah bagi semua, tidak menjadi pemecah ukhuwah; dan menjadi penyelamat orang-orang susah, tidak menjadi pemanfaat.Â
**Â
'Alaa kulli haal, (1) bagi yang sudah berhaji, mari terus menjaga dan merawat marwah kehajiannya dengan terus menjadi inspirasi positif bagi yang lainnya; (2) bagi yang sudah terdaftar haji namun belum sampai waktunya diberangkatkan berhaji, mari terus sempurnakan syahadatnya, shalatnya, zakatnya, dan puasa Ramadannya, sehingga semakin matang keimanannya; dan (3) bagi yang tidak ada kewajiban berhaji atasnya, laksanakan saja dengan sebaik-baiknya apa yang Allah perintahkan dan tinggalkan dengan sebaik-baiknya apa yang Allah larang. Insya Allah, pahala setara berhaji pun akan kita dapatkan. Semoga.Â
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H