PONDOK INDAH, JAKSEL. Pengurus Masjid Al-Musyawarah Pondok Indah menggelar Pelatihan Khatib di Era Digital pada Minggu (12/2/2023) di aula masjid lantai 2 jalan Pinang Emas I Blok B No.7, RT.7/RW.3, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Kegiatan ini merupakan upaya pengurus untuk meningkatkan skil khatib dalam berkhutbah.
Narasumber pada pelatihan ini adalah Ust. Deni Darmawan, M.Pd.I dan Ust. Najamudin Sarbini, S.Sos.I. Turut hadir ketua masjid Al-Musyawarah Bapak Ir. H. Indrarto Sedyo Utomo, para pengurus dan peserta dari berbagai daerah di Jabodetabek.
Dalam sambutan, Indrarto mengatakan ucapan terima kasih atas semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini. "Kegiatan ini adalah bagian dari agenda masjid. Terima kasih atas semua peserta yang telah hadir. Semoga dengan kegiatan ini, para peserta semakin bertambah ilmunya dan bisa menulis naskah khutbah, bahkan naskahnya bisa dijadikan buku ber-ISBN," ujarnya.
Narasumer pertama disampaikan oleh Deni Darmawan tentang menulis untuk dakwah. "Menulis itu banyak alasan dan motivasinya. Ada yang menulis karena ingin dapat royalti, ingin disanjung, ingin mendapat angka kredit, poin dan koin, ingin berbagi dan sebagainya. Tapi, menulis juga perintah Allah. Hal ini dikemukakan dalam surat al-Alaq ayat 1 sampai 5, Surat an-Nahl ayat 12, Surat al-Baqarah ayat 282, surat al-Qalam ayat 1, surat adz-Zariyat ayat 56. Begitu juga dengan hadis Nabi tentang 3 amal manusia yang tak terputus yaitu ilmu yang  bermanfaat, hadis sebaik-baik manusia yan bemanfaat untuk orang lain," ungkap Deni.
Atas dasar itulah, para ulama produktif menulis. "Sebut saja Imam Abu Hami al-Ghazali yang sudah menulis sekitar 471 kitab, Imam Ibnu Jarir sudah menulis ratusan kitab, Imam Ibnu Aqil menulis kitab Funun 800 jilid, Imam Ibnu Al-Jauzi sudah menulis100 jilid, satu judul ada 20 jilid yang ditulis al-Jauzi, dan lain sebagainya," tutur Deni ketika mengisahkan ulama yang sangat produktif menulis dan menghasilkan banyak karya.
Deni melanjutkan, agar bisa membuat naskah khutbah harus diperhatikan strukturnya. "Struktur naskah itu terdiri dari salam, pembukaan, pendahuluan, isi, kesimpulan, solusi dan penutup. Tips dari saya, tulis apa yang ingin disampaikan, dan sampaikan apa yang sudah dituliskan. Ketika naskah sudah sampai 15 atau 20 naskah, maka bisa dijadikan buku ber-ISBN (International Standar Book Number) yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional (perpusnas)," ungkap Deni yang juga suka menulis artikel populer.
Naskah yang sudah terkumpul, Deni memberikan arahan agar diubah menjadi naskah buku. "Struktur naskah khutbah ada beberapa yang dihapus, seperti salam, pembukaan, kesimpulan dan penutup. Sedangkan pendahuluan, isi dan solusi perlu dikembangkan. Sisipkan referensi di naskah untuk lembar daftar pustaka.Â
Adapun syarat buku ber-ISBN adalah surat pengajuan (disiapkan penerbit) Scan surat pernyataan keaslian karya (disiapkan penulis), naskah lengkap yang disertai cover, halaman indentitas (diisi penerbit), kata pengantar, daftar isi, isi, daftar pustakan, biografi penulis dan blurb/sinopsis (gambaran singkat buku)," terang Deni yang juga pernah mendapat hibah penelitian moderasi beragama tahun 2021.
Narasumber terakhir menyampaikan tentang dakwah digital. " Di era ini kita harus optimalkan semua potensi dalam berdakwah. artinya dalam konteks dakwah harus benar benar menguasai konten yang akan disampaikan, jangan hanya sekedar copas (copy-paste) dari media tanpa pemahaman yang mendalam tentang masalah atau isu yang akan disampaikan. Jamaah di era digital sangat beragam dan mejemuk jamaahnya. Jadi, kita harus menguasai masalah dan isu dengan baik," ujar Najamuddin.