Aku hanyalah insan dhaif nan penuh kekhilafan dan kenistaan. Insan nan cintanya hanyalah sebuah dosa dan mengharap maaf dari insan yang tersakiti. Pada 19 november 2016 (22:36) sinar rembulan redup dan langitpun sepertinya hendak meneteskan air hujan bagaikan suasana hatiku yang terasa redup dan air mata yang terus menerus menetes sambil berbisik “maaf jika caraku menyayangimu itu salah, tiada kata nan bisa aku ucapkan selain dari kata maaf “ tanpa hentinya dengan raungan nan lantang dan jari jemaripun tanpa hentinya menuliskan apa nan terlintas dihati dan pikiran yang kacau akan kekecewaan, kesalahan, kedhaifan, dan perasaan lain yang terus bercampur aduk bagaikan gado-gado yang pedas dan hangat.
Sebenarnya bukan maksudku membuat ia marah, sebenarnya hanya ingin melihat seberapa sayang nya ia dan tetap menyirami,merawat, dan meberikan sinar. namun tak disangka kalau akhirnya itu membuat ia berhenti bersinar dan ingin mencabutku nan tertanam di hatinya. “jika rasa sayang ini kamu anggap hanya permainan, maka kamu salah menilai diriku nan sayang dan cinta bahkan melebihi diriku nan tidak lebih hanyalah seorang nan hatinya sudah tidak ada lagi pada dirinya” bisikku dalam hati.
Untaian kata-kata ini bagaikan mutiara nan berkilau dari muntahan kerang nan kotor dan menghipnotis hatimu nan rapuh. mungkin bagimu untaian kata-kata ini hanyalah kotoran diantara onggokan mutiara nan berkilau dan tidak di hiraukan apalagi untuk tertanam di hatimu. “Bagiku kamu adalah segala nya tapi mengapa rasaku ini hanya kamu anggap sebatas kata belaka semakin aku sayang sama kamu semakin kamu mau menjauh dari aku ,andaikan kamu tau apa yang aku pikirkan pasti kamu mengerti bagaimana rasa nya jadi seorang cewek” ujar hatiku menggerutu.
Hati pikiran nan lemah ini tiada satupun terlintas tuk berpaling darimu, jiwa nan malangpun ikut lemah dan tiada bisa berkhianat dari hati dan pikirannya, insan nan lemah ini tiada maksud untuk terlambat hadir dalam hidupmu dan tertanam dalam hatimu, namun dengan penuh pengharap hadir dan tertanam di hatimu salamanya dan tak pernah tercabut lagi walaupun banyaknya angin yang menerpa dan halang rintangan lainnya. Namun apa hal itu terjadi ? akupun tak tahu jika ia sendiri yang ingin mencabutnya dan pergi menjauh untuk selamanya.
Diam disaat ia bicara bahkan berpaling dari wajahmu bukanlah menginginkan ia pergi, namun diriku tak ingin melontarkan kata-kata nan hanya membuat ia kecewa, membuat ia lebih marah dan melontarkan kata-kata yang lebih pedas nan tajam.
Bersama ia membuat aku merasa aman,nyaman,sejuk, dan kehangatan. namun entah mengapa rasa itu begitu cepat berlalu dan berevolusi. Disaat berevolusi inilah hatipun menggunjing lagi ”mungkin diriku memang bukan pilihan hatinya”, dan hati ini berharap nantinya ia bahagia bersama siapapun. walaupun ia tidak bersamaku mungkin rasa sayangku tak sebanding dengan rasa sakit yang aku berikan, hanya kata maaflah saat ini yang bisa kuucapkan .
Situasi dan Keadaan memaksa diriku menjadi kuat meski faktanya tak mampu akan menyembunyika rasa sedih ini, usaha agar rasa sayangku tak terbenam terlalu dalam tidak membuah hasil karena faktanya daya manusia biasa yang tak akan pernah bisa lari dari fakta nan berkuasa.
Dikesunyian malam jari jemari insan nan lemahpun mengadahkan kepadamu, kepala dan hati tertenduk malu, jengkrikpun bernyanyi mengiringi untaian curhatan kepadamu. “Ya tuhan aku lelah aku capek harus begini beri lah aku petunjukmu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa membuat orang yang aku sayang mengerti dengan diriku, mengerti dengan keadaanku, tapi mengapa aku selalu dianggap salah dan salah. aku sayang tapi aku diacuhkan, aku cinta tapi aku dijauhkan. disaaat aku benar benar sayang mengapa selalu ada halangan, mengapa selalu ada yang ingin menghancurkan. demi ia apapun akan kulakukan tapi mengapa dalam sekejap ia mengubah itu semua menjadi air mata kesedihan tuhan,aku mohon kepadamu yang pemberi petunjuk nan penuh kasih dan sayanng” dengan air mata berlinang.
Mungkin baginya air mataku hanya lah sandiwara tapi satu hal yang harus ia ketaui, diri ini sebelumnya nggak pernah menangis didepan kaum adam. “berniat saja aku nggak pernah apalagi menangis” gumamku. Namun dengan sendirinya mata ini mengalirkan air yang berlinang, nggak tau kenapa dan bagaimana itu bisa terjadi ? mungkin karena rasa takut kehilangan dan berkeinginan ia selalu bersamaku disaat aku senang maupun susah, menyayangi dengan caranya namun tiada dengan keegoisanmu, mencintai jika ia memang cinta namun jangan pernah cinta nan pura pura. Jika rasa kasih sayang dan cintanya bukanlah untukku tunjukan padaku apa yang harus dilakukan, apa yang harus aku katakan?. aku sayangkan ia, aku cintakan ia. namun tak tau apakah rasaku sama dengan apa yang kamu rasakan. Ketakutan akan suatu kejadian bukan jaminan ia pergi menjauh karena akhirnyapun apa yang aku takutkan terjadi dan aku tidak pernah menginginkannya.
masapun tak terasa berlalu dan berputar pindah 20 november 2016 1:20 tidak sepatah katapun aku lontarkan selain maaf, maaf, maaf dan maaf.
I’m sorry for all....)