Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosbud: Membaca Lagi Sastra Nusantara Batak "Dangol Halungunan" Karangan Maini Trisna Jayawati

5 November 2021   10:34 Diperbarui: 5 November 2021   10:37 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra nusantara adalah sastra yang dihasilkan oleh seluruh wilayah kepulauan nusantara. Karya sastra nusantara ini berupaya untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung pada masyarakatnya, baik lama maupun modern. 

Sastra nusantara ini biasanya mengisahkan tentang keadaan masyarakat yang ada pada massanya, tidak cuma itu, dalam sastra tersebut juga mengungkapkan bagian dari pikiran, perasaan, dan cita-cita serta harapan-harapan masyarakatnya. Karena itu, ada anggapan bahwa bila kita ingin memahami suatu suku bangsa, maka hendaklah kita memahami pula karya-karya sastra mereka, sebab itulah suara hatinya.

Dalam buku Antologi Sastra Nusantara, yang diterbitkan Yayasan Obor ini, mengisahkan tentang cerita rakyat dari masyarakat, cerita tersebut berasal dari naskah-naskah yang tersebar di nusantara. Naskah tersebut kemudian diterjemahkan dan disadur, agar ceritanya mudah untuk dipahami dan diikuti jalan ceritanya. Atau bahasa dalam naskah dibuat sekomunikatif mungkin, sesuai dengan bahasa pada karya prosa sekarang. Ini dilakukan agar cerita dari naskah tersebut menjadi lebih menarik sesuai atau serupa dengan sastra modern yang ada.

Pada antologi sastra daerah tersebut kebanyakan menceritakan tentang kehidupan kerajaan yang sedang berjaya pada zamannya. Namun ada pula yang bercerita tentang mitos atau guna-guna yang dipakai pada saat itu yaitu dalam cerita Dangol Halnungunan sedangkan cerita dalam Pulau Sitombak merupakan mitos asal usul Pulau Sitombak itu sendiri. 

Karena naskah-naskah tersebut dibuat dengan bahasa yang komunikatif, maka kita dapat mengikuti strukturnya dengan mudah. Melalui naskah-naskah tersebut penyaji akan mencoba mengkaji strukturnya agar kita dapat memahami cerita rekaan dalam naskah itu. Naskah yang akan dikaji yaitu Sastra Daerah Batak - Raja Dangol Halungunan yang akan dikaji dengan pendekatan struktural.

Kajian Struktural Cerita Dangol Halungunan

Sinopsis

Cerita Raja Dagol Halungunan adalah salah satu sastra yang berasal dari daerah Batak. Cerita tersebut menceritakan tentang sebuah kerajaan yang bernama Horna Oalis dan dipimpin oleh seorang Raja bernama Raja Tagor Laut. Seorang Raja yang masih sangat muda dan bijaksana. Suatu hari kerajaan tersebut mendapatkan serangan dari orang-orang tak dikenal, tetapi Raja Ripe Mandompang dari kerajaan Ria Lubis membantu kerajaan Horna Oalis melawan pemberontakan itu yang akhirnya keraajaan Horna Oalis pun kembali aman. Atas bantuan dan kebaikan Raja Ripe, maka Raja Tagor Laut memberikan hadiah yaitu menikahkan Raja Ripe dengan Tapi Mombang Puti sebagai adiknya sendiri.

Setelah menikah dan hidup bahagia, Raja Ripe mendapat kabar bahwa kerajaan Ria Lubis diserang oleh Raja Moragan sehingga Raja Ripe harus kembali dan melawan Raja Moragan. untuk keselamatan Tapi Mombang, Raja Ripe menitipkannya pada Raja Rohana di Negeri Hanolnolan. 

Raja Ripe pun pergi ke kerajaan Ria Lubis tanpa ada kabarnya kembali. Tapi Mombang melahirkan anak bernama Dangol Halungunan. Tapi Mombang meninggal dan Dangol diasuh oleh Raja Rohana. Dangol mendapatkan semua ilmu dari seorang guru bernama Guru Sojuangan.

Dangol dihanyutkan oleh para penyamun dan akhirnya tiba di sebuah pulau yang mempertemukannya dengan pemburu dari kerajaan Horna Oalis. Dangol pun dibawanya ke kerajaan itu dan bertemulah dengan Raja Tagor. 

Raja Tagor mengetahui bahwa Dangol adalah kemenakannya sendiri. Dangol pergi ke daerah Raja Moragan untuk membuat onar dan balas dendam. 

Akhirnya pertarunganpun terjadi antara Dangol dan Raja Moragan. Raja Moragan tewas setelah ditusuk pedang oleh Dangol. Dangol pun dinobatkan sebagai Raja Ria Lubis bekas kerajaan ayahnya dulu. Namun, Raja Rohanalah yang diangkat oleh Dangol sebagai Raja kerajaan Ria Lubis.

Setelah Dangol kembali ke kerajaan Horna Oalis, terdapat peristiwa yang merusak kenyamanan dan keamanan kerajaan Horna Oalis yaitu datangnya Raja Morhat dari kerajaan Irisan untuk meminta upeti yang harus dibayar sema 15 tahun. Dangol pun tidak berdiam diri, dia mengajak Raja Morhat untuk bertarung di Pulau Samison. Raja Morhat mengalami kekalahan dengan tusukan pedang Dangol sampai pedang itu patah tetapi Dangolpun terkena racun dari pedang Raja Morhat. Setelah kembali, racun itu menyebar ke seluruh tubuh Dangol yang mengakibatkan bau busuk. Dangol pun pergi dari kerajaan dan ditolong oleh nelayan dari negeri Irisan. Dangol mendapat pengobatan dari Putri Nan Sillak Mata Ni Ari karena hanya dialah yang tahu dan bisa menyembuhkan racun itu. Dangol pun kembali ke kerajaan.

Untuk mencarikan pasangan Raja Tagor yaitu perempuan berambut emas, Dangol pergi ke kerajaan Irisan. Dangol pun bertarung dengan naga yang membuat onar kerajaan Irisan. Setelah mengalahkannya, Dangol terluka dan diobati lagi oleh Nan Sillak. Nan Sillak mengetahui bahwa Dangol adalah orang yang telah membunuh kakaknya yaitu Raja Morhat. akan tetapi setelah menceritakan maksud kedatangan Dangol ke kerajaan Irisan, Nan Sillak pun ikut dengan Dangol untuk dinikahkan dengan Raja Tagor. Dalam perjalan pulang, Dangol dan Nan Sillak meminum ajian dari ibu Nan Sillak dengan maksud untuk diminum Raja Tagor dan Nan Sillak agar cintanya abadi.

Setelah menikah dengan Raja Tagor, Nan Sillak masih menemui dan berhubungan dengan Dangol karena ajian itu. Akhirnya perselingkuhan itu diketahui oleh Raja Tagor. Dangol dan Nan Sillak telah melakukan perbuatan tercela, maka mereka pun diperintahkan untuk dibakar tetapi mereka bisa melarikan diri ke hutan dan diasingkan dari kerajaan.

Analisis Struktural

Tema

Tema adalah gagasan atau ide, atau pilihan utama yang medasari keseluruhan dari cerita tersebut (Sudjiman, 1988: 51). Dalam cerita Dangol Halungunan pada dasarnya ialah terlihat sebagai cerita tentang kerajaan. Ini dapat digambarkan dari penyajian seluruh cerita yang tidak lepas dari unsur kerajaan. Di mana seorang Dangol Halungunan adalah masih memiliki hubungan dengan kerajaan, yaitu merupakan kemenakan dari Raja Tagor Laut dan anak dari Raja Ripe Mandompang dari kerajaan Ria Lubis. 

Di dalamnya pun terdapat tampilan sifat-sifat baik seperti arif, bijaksana, demokratis, berjiwa pemimpin, dan semangat pantang menyerah yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin, dalam hal ini adalah raja.

Tema keseluruhan yang mendasari cerita Dangol Halungunan adalah perjuangan dan kesetiaan. Perjuangan yang dimaksud adalah berjuang membela kebenaran, berjuang membela yang hak dan kekuasaan, serta berjuang mempertahankan kerajaan. Ini terlihat dari peristiwa yang terjadi di dalam cerita tersebut, di mana adanya peperangan dalam membela yang lemah dan yang benar.

...Mereka datang laksana angin puting beliung yang menyambar dan menerbangkan lawannya. Dalam jumlah yang ribuan, mereka menyerang musuh yang hendak menghancurkan kerajaan Horna Oalis... (hal 26)

Unsur kesetiaan di dalam cerita tersebut terlihat dalam setiap peristiwa, di mana seorang bawahan akan selalu tunduk kepada atasan. Kesetiaan selalu tampak dalam setiap peristiwa, terutama sikap Dangol Halungunan sebagai seorang hulubalang di kerajaan pamannya  Horna Oalis yang dipimpin oleh Raja Tagor.

Setelah Dangol Halungana mengetahui persoalan yang dihadapi oleh Pamannya, dia langsung bergabung dengan hulubalang yang ada di balairung... (hal 33)

Tokoh

Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat pula binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman, 1988: 16). Di dalam cerita Dangol Halungunan terdapat beberapa tokoh, yaitu terdiri dari tokoh utama atau tokoh sentral (tokoh protagonist dan antagonis), tokoh lataran, dan tokoh bawahan. Yang menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut adalah Dangol Halungunan. Ini dikarenakan Dangol selalu hadir dalam setiap peristiwa atau kejadian. Peristiwa yang pertama yaitu pertarungan dengan Raja Marhot dalam membela kebenaran dan membela yang hak.

...Tiba-tiba keluarlah Dangol Halungunan. Mereka sepakat bertarung di pulau. Tantangan dari anak muda seperti Dangol itu tidak menggetarkan hati Raja Marhot... (hal 34)

Yang kedua, pembalasan dendam orang tuanya terhadap Raja Moragan yang kala itu berhasil membunuh ayahnya yaitu Raja Ripe Mandompang dan membuat penderitaan ibunya sampai meninggal.

..."Ananda hendak berjalan-jalan mencari orang yang telah membunuh Ayahanada dan Ibunda." (hal 30)

"Moragan, yang iblis. Bolehkah kita bermain-main pedang sebentar sebelum kau cabut nyawaku. Ayah dan ibuku telah kau cabut nyawanya. Kini bolehlah kau cabut nyawaku. Aayahku Raja Ripe kau bunuh itu tidak puas jika aku tidak melawanmu." (hal 31)

Yang ketiga adalah pertarungannya dengan seekor naga sakti yang mengacau di Kerajaan Irisan. Hal itu dilakukannnya karena ingin mempersembahkan Putri Nan Sillak kepada Raja Tagor Laut yang telah lama mendambakannya.

...Dia membawa kudanya mendekati badan naga itu. Dihunjamkannya tombaknya. Tiada berbekas pula di kulit sang Naga. Dangol menghunus pedangnya. Secepat kilat ditebasnya leher naga itu. Naga itu merasakan tebasan itu... (hal 39)

Peristiwa yang keempat yaitu perjalanan pulang menuju kerajaan Horna Oalis. Dangol Halungunan dan Putri Nan Sillak saling jatuh cinta karena mereka meminum air pekasih pemberian ibunya Nan Sillak yang seharusnya diminumkan kepada Raja Tagor dan Putri Nan Sillak untuk menumbuhkan perasaan cinta di antara keduanya.

...Setelah meminum air itu mereka tidak merasakan kehausan lagi. Akan tetapi, mengapa Dangol merasa sesuatu yang aneh jika memandang Nan Sillak Mata Ni Ari. Kecantikan Nan Sillak Mata Ni Ari menarik perhatiannya... (hal 44)

Yang termasuk ke dalam tokoh protagonis di dalam cerita tersebut yaitu Raja Tagor laut, Tapi Mombang Putri, Dangol Halungunan, Raja Rohana, Raja Ripe Mandompang, dan Nan Sillak Mata Ni Ari. Tokoh antagonis dalam cerita iru adalah Raja Marhot, Raja Moragan, dan Naga.

Yang menjadi tokoh bawahan dalam cerita tersebut adalah Raja Ripe Mandompang, Tapi Mombang Puti, Raja Rohana, Guru Sojuangan, Raja Marhot, Nan Sillak Mata Ni Ari, dan Raja Hargurguran, dan Burta. Tokoh lataran dalam cerita itu di antaranya para Hulubalang, para menteri, para pembesar istana, dan para nasehat kerajaan. Di dalam cerita tersebut terdapat tokoh tambahan yaitu tiga orang nelayan, Gondon, Andorhait, Danoal, dan tukang juru mudi. Yang terakhir adalah yang menjadi tokoh andalan yaitu Patih Kerajaan (tokoh kepercayaan dari Raja Tagor Laut), Raja Marhot (tokoh kepercayaan dari Raja Irisan), dan Burta (tokoh kepercayaan dari ibu Nan Sillak Mata Ni Ari).

Alur dan Latar Cerita

Alur cerita yang disajikan dalam cerita Dangol Halungunan  adalah alur ketat, ini terlihat dari seluruh rangkaian cerita yang saling terkait antara satu cerita dengan cerita lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan. Peristiwa yang ditampilkan bergerak maju dan berurutan hingga akhir. Cerita seperti ini sering disebut dengan alur linear atau cerita dengan peristiwanya yang kronologis.

Berjalannya sebuah cerita tidak lepas dari adanya unsur latar di dalamnya. Latar cerita adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu, suasanan, dan peistiwa yang terjadi di dalam cerita. Adapun fungsi latar itu sendiri yaitu memberikan informasi, situasi yang berkaitan dengan ruang dan tempat. Latar juga dapat difungsikan sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar juga dapat menjadi metaphor dari keadaan emosional dan spiritual si tokoh. Beberapa latar yang terdapat di dalam cerita Dangol Halungunan yaitu latar sosial, latar fisik, dan latar netral.

Latar sosial merupakan gambaran dari keadaan masyarakat sekitar yang ditampilkan di dalam suatu cerita. Latar sosial dapat pula sebagai bentuk, perilaku kelompok sosial atau masyarakat, adat, kebiasaan dan cara hidup. Yang menjadi latar sosial di dalam cerita tersebut antara lain, keadaan masyarakat kerajaan, lingkungan keluarga kerajaan, perilaku tokoh dan adat atau suasana dari kerajaan. Contohnya adat pernikahan Raja Tagor dengan Nan Sillak Mata Ni Ari.

...Pesta pernikahan dan penobatan sebagai permaisuri itu dilakukanlah selama tujuh hari dan tujuh malam... (hal 45)

Latar fisik yaitu gambaran fisik yang menjadi tempat kejadian. Dalam cerita tersebut yang menjadi latar fisiknya adalah Negeri Horna Oalis, Negeri Irisan, Kerajaan Ria Lubis, Pulau Samison, Daerah Lumban Hanolnolan, Daerah Tinatan, dan Pelabuhan Sihepor.

Adapun latar netral biasanya sebagai pelengkap cerita. Latar-latar netral di antaranya ialah di pinggir pantai, di medan perang, di belairung, di tengah hutan, di pinggir kampung, hari sore, di istana, dan lain sebagainya.

Amanat

Amanat adalah sebuah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu karya sastra. Cara penyampainnya pun berbeda-beda, ada yang tersirat maupun tersurat. Biasanya pengarang menyampaikannya melalui bagaimana penyelesaian dari cerita tersebut. Penyelesaian dari sebuah cerita ada yang positif dan ada yang negative. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implicit ataupun secar eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu disiratkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1986: 57).

Amanat yang disampaikan oleh pengarang di dalam cerita Dangol Halungunan antara lain, kesetiaan tidak seharusnya selalu diutamakan karena kesetiaan terhadap orang yang memiliki strata lebih tinggi dapat menjadikan kita sebagai orang bodoh. Tanpa disadari kita dinjak-injak dan selalu menerima tanpa dapat mengembangkan diri. Kita akan terlihat seperti orang bodoh yang hanya bertindak dan berjuang untuk kepentingan sepihak dalam hal ini keluarga kerajaan.

Dari segi moral, pengarang melukiskan tentang penyakit manusia yang tidak mau disaingi dan mau menang sendiri. Ini terlihat dari adanya sifat iri dan dengki yang ditunjukkan oleh empat pembantu kerajaan terhadap Dangol Halungunan oleh karena dia dekat dan dipercaya oleh raja.

...Keempat pembantu raja itu adalah orang yang mau bersilat lidah, tetapi merasa iri dan dengki kepada Dangol Halungunan. Kedengkian itu didasarkan pada keirian mereka pada keahlian Dangol yang tidak dapat mereka tandingi... (hal 37)

Di sisi lain pengarang juga menggambarkan bahwa kehendak Yang Kuasa adalah mutlak. Apapun yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kita sebagai makhluk Tuhan hanya dapat berusaha dan berdoa, segala keputusan dan yang mengatur segalanya adalah kehendak-Nya. Buruknya menggunakan guna-guna pekasih untuk mengikat sepasang manusia tidaklah benar, karena itu awal dari sebuah kemusyrikan. Karena mereka berpikir bahwa segalanya dapat direncanakan dengan lancar. Mereka tak pernah berpikir bahwa di atas semua itu ada yang mengatur segalanya, yaitu kekuasaan Tuhan.

...Air itu hendak diminumkan kepada Raja Tgor Laut dan Nan Sillak Mata Ni Ari ketika mereka berdua makan bersama. Air tersebut adalah air pekasih sehingga cinta Raja Tagor  Laut dan Nan Sillak Mata Ni Ari kekal selamanya. (hal 43)

Sudut Pandang Cerita

Dilihat dari sudut pandang cerita, pengarang pada cerita Dangol Halungunan  menggunakan sudut pandang orang ketiga, yang mengacu pada tokoh-tokoh dalam cerita seperti tokoh dia dan ia. Tokoh dalam cerita itu menggambarkan ada pihak lain yang sedang menceritakannya. Di sini kita lihat pengarang dengan jelasnya menceritakan tentang Dangol Halungunan atau tokoh-tokoh lainnya sebagai orang yang tidak ada dihadapannya melainkan orang lain yang sedang ia ceritakan.

Daftar Pustaka

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Helwig, Tineke. 2003. In The Shadow Of Change. Jakarta: Desantara.

Imelda, Dinar dkk. 2002. Memahami Perasaan Etnis Non Pribumi: Sebuah Analisis Hermeneutik Terhadap Cerpen Clara karaya Seno Gumira Ajidarma. Jakarta: Makalah Teori Sastra.

_______. 1993. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Rahman, Nurhayati dan Sri Sekesi Adiwimarta. 1999. Antologi Sastra Daerah Nusantara. Jakarta:Yayasan Obor.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ula, Mutammimul. 2000. Perspektif Penyelesaian Ambon. Jakarta: Majalah Islam Sabili.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun