"Sudahlah, kita akan selalu bersama."
Sampailah kita di rumah Vandi. Aku meminta izin sama orang tua Vandi untuk menginap di rumahnya. Merekapun meng-iya-kan karena aku sering datang ke rumahnya dan aku sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
"Jangan sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri." Ucap ibu Vandi dengan ramah.
"Terima kasih."
Menuju ruangan yang baru untuk sementara yaitu kamarnya Vandi. Aku sedikit lelah, maka aku pun meminta Vandi dan Zaky untuk memberikan waktu untuk aku beristirahat sebentar. Dan mereka mengerti apa yang aku lakukan dan inginkan.. Aku tertidur pulas agar melupakan sekejap persoalan yang terjadi hari ini.
Betapa cepatnya waktu berlalu. Aku dibangunkan Vandi untuk melakukan ibadah dan mengadu pada Tuhan karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Ternyata mereka berdua masih ada di kamar. Tetap dengan diskusinya dan membuka-buka buku pelajaran.
"Bagaimana? Sudah agak baikkan?" tanya Vandi ketika aku mulai membuka mata.
"Kalian masih berdiskusi?" Ucapku sambil mengucek-ngucek mata.
"Zaky sedang menyelesaikan ceritanya tentang Badar. Aku sedang mempelajari proposal yang kemarin aku buat."
"Kalian ini, tidak mengenal kata lelah. Aku bagga menjadi teman kalian."
"Kami juga bangga menjadi teman kamu, aku salut sama kamu bisa mengatasi masalah dengan pikiran dingin. Apalagi dengan keadaan seperti ini kamu masih bisa-bisanya berprestasi."