Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Artikulasi Bahasa: "Fikiran "dalam Pemikiran Orang Sunda

11 Oktober 2021   10:47 Diperbarui: 11 Oktober 2021   15:44 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbahasa adalah satu tujuan untuk menemukan kelangsungan memahami pesan dari orang lain. Tetapi akankah dengan berbahasa yang salah akan merasakan ketertindasan?

Dalam artian bahwa ketidaknyamananlah yang akan dirasakan jika salah ucap atau artikulasi yang beda dengan sewajarnya, karena peristiwa seperti itu adalah pengalaman saya ketika berkomunikasi dengan orang lain. 

Berkomunikasi dengan bahasa ibu tidak terlalu bermasalah bagi saya. tetapi di saat berbicara menggunakan bahasa Indonesia, saya sedikit kesulitan untuk bisa menyesuaikan diri dengan baik dan benar.

Dulu, belajar bahasa Indonesia di sekolah lebih mudah jika dibandingkan dengan belajar bahasa ibu (sebut saja bahasa sunda). Entahlah, saya terbawa oleh artikulasi bahasa ibu sehingga sudah kebiasaan dalam penggunaan huruf 'f' menjadi huruf 'p' atau sebaliknya. 

Namun, ketika saya observasi secara tidak langsung mengenai penggunaan huruf-huruf tersebut bagi orang-orang sunda, saya melihat bahwa orang-orang sunda memang kebanyakan mengucapkan huruf 'f' menjadi 'p' atau sebaliknya. Seperti kata 'pikiran' menjadi 'fikiran'. 

Saya mengalami hal itu beberapa tahun yang lalu ketika saya masih sekolah. Kata 'fikiran' seperti sudah lumrah saya ucapkan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, yang seharusnya kata 'fikiran' menggunakan huruf 'p'. Ternyata, saat ini kesalahan seperti itu banyak saya alami.

Saya pun mencari tahu seluk beluk kata-kata yang menggunakan huruf 'f', 'p', ataupun 'v' sebagai pengetahuan, agar saya tidak menyalahkan keadaan saya sebagai orang sunda. 

Kosakata dalam bahasa Indonesia tidak seratus persen asli dari bahasa Indonesia tetapi banyak kata-kata serapan dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. 

Kosakata dari hasil penyerapan itu tidak seratus persen pula memiliki persamaan kata karena disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat Indonesia dalam penggunaan bahasanya.

Saya menemukan beberapa kata serapan yang memiliki perbedaan dalam penggunaan kata 'f' dan 'v'. Contohnya adalah kata 'aktif' yang diserap dari bahasa Inggris yaitu active yang artinya giat (bekerja, berusaha). 

Dengan demikian perbedaan penggunaan huruf 'f' dan 'v' bukan sekadar kesalahan lidah dari orang-orang sunda tetapi memang begitu adanya. 

Namun, ketika saya mengambil contoh lagi bahwa kata 'aktivitas' memiliki persamaan dengan kata yang diserapnya yaitu activity padahal kedua kata tersebut memiliki persamaan bentuk dasar. Mengapa kata 'aktivitas' dalam bahasa Indonesia yang bentuk dasarnya kata 'aktif' tidak menjadi 'aktifitas'? Yang memiliki arti kegiatan.

Saya pun masih berusaha mencari kata-kata yang sama. Saya pun mengambil contoh lagi yaitu kata 'kreatif' dari kata creative yang artinya memiliki daya cipta. 

Satu pertanyaan lagi, mengapa 'kreativitas' tidak ditulis 'kreatifitas' yang memiliki arti kemampuan untuk mencipta? Sedangakan dalam bahasa Ingris masih ada kesamaan antara kata creative dan creativity, yang sama-sama menggunakan huruf 'v'.

Apa semua ini kesalahan dari orang-orang sunda atau hanya mencari kambing hitam dari keadaan orang-orang sunda dalam berkomunikasi dengan menyebutkan kata yang ada huruf 'f' atau 'v' sehingga orang yang salah artikulsainya akan menyebut kata tersebut dengan huruf 'p'. 

Sepertinya contoh di atas masih kurang untuk dijadikan bukti bahwa penyerapan bahasa Indonesia pun masih memiliki ketidaksamaan dengan asal katanya.

Kata 'subjektif' yang memiliki arti menurut pandangan sendiri dengan kata 'subjektivitas', keduanya memiliki bentuk dasar subjek atau subjektif tetapi keduanya tidak memakai huruf 'f' atau 'v' yang sama. 

Akan tetapi ketika saya membuka kamus bahasa Inggris mngenai kata 'subjektif dan 'subjektivitas' keduanya memakai huruf 'v' yaitu subjective dan subjectivity.

Contoh lain yitu kata 'relatif' yang memiliki arti tidak mutlak dan kata 'relativitas' dengan kata dasar 'relatif' yang berarti hal (keadaan) relatif, yang sama seperti contoh di atas tidak menggunakan huruf 'f' yang sama. 

Dalam bahasa Inggris kata relative dan relativity masih mendapatkan hubungan mutlak di antara keduanya sehingga penulisan bentuk dasar relative sama dengan relativity menggunakan huruf 'v'.

Oleh karena itu, saya sebagai orang sunda merasakan hal yang berbeda dengan keadaan contoh-contoh di atas. Entahlah, sekarang saya akan terbawa oleh lingkungan bahasa Indonesia yang menuntut kebenaran berbahasa sehingga harus memilih kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.

Saya hanya bisa berharap bahwa penyerapan bahasa Indonesia dari bahasa asing ataupun bahasa daerah memiliki persamaan yang bisa menyesuaikkan dengan kemudahan masyarkat dalam penggunaan bahasa tersebut. ***

Fikiran dalam Pemikiran Orang Sunda

(ADS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun