"Aku masih ingin di sini dulu, Pak." Jawabku.
"Ya sudah, kalian jaga Bagus dan hibur dia." Ucap Pak Herdi.
Sosok seorang ayah telah aku temukan pada diri Pak Herdi. Meskipun seorang guru, tetapi perhatian terhadap semua siswanya sudah seperti orang tua kami sendiri. Pak Herdi pun pulang duluan dengan menggunakan motor Yamaha-nya. Aku dan teman-teman tetapi berada di kamar Bagus. Meskipun Bagus sedang sakit tetapi dia berusaha ikut bercanda dengan kami. Rihad yang biasa ngocol dengan lawakannya membuat Bagus tertawa dan menghilangkan kebosanannya beberapa hari ini.
Persahabatan kami sudah terjalin delapan tahun. Banyak kisah yang menjadi kenangan aku dan keempat temanku.
"Kalian makan dulu, tante sudah siapkan di meja makan." Ucap Ibu Bagus di sela-sela canda kami.
"Ya, tante. Terima kasih."
"Nanti mainnya dilanjutkan lagi. Kalian pasti sudah pada lapar?"
Kami pun menuju ruang makan. Kami sudah mengenal masakan Ibu Bagus. Rasanya sangat enak. Keluargaku dan keluarga teman-temanku selalu ingin berkumpul di rumah Bagus kalau ada acara. Alasannya, mencicipi masakan Ibu Bagus. Setelah makan dan kembali ke kamar Bagus, membuat waktu tidak terasa berjalan. Sekarang sudah pukul empat. Ini saatnya aku dan teman-teman untuk pulang. Biarkan kisah persahabatanku berada di rumah Bagus.
(ADS)