Di suatu masa awal suatu hari, sinar mentari menyinari jendela rumah si Fulan dan berhasil menusuk kulitnya. Si Fulan terbangun dari tidurnya dengan wajah yang berantakan, lalu Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Sang Ibu menyiapkan sarapan di dapur untuk Ia makan bersama si Fulan. Selepas dari Kamar mandi si Fulan menarik kursi di depan meja makan lalu Ia duduk di kursi tersebut.
"Hari ini lauknya tempe lagi ya Bu?"
"Iya nak"
"Kenapa sih setiap makan lauknya tempe terus"
"Rezeki Ibu hanya sebatas tempe untuk dijadikan lauk untuk makan, jadi di syukuri saja ya nak"
Dengan peraaaan yang tidak senang, si Fulan memakan masakan Ibu dan langsung pergi keluar rumah tanpa pamit.
    Pagi yang cerah mulai berganti dengan awan mendung, si Fulan termenung di bawah pohon yang rindang. Sekian lama termenung si Fulan pun tertidur di bawah pohon dengan cuaca yang kian berganti menjadi mendung. Lalu tetes demi tetes air mulai berjatuhan seolaholah langit sedang bersedih hati, lalu tetesan tersebut berubah menjadi derasan yang akhirnya membangunkan si Fulan dari tidurnya, si Fulan bergegas pulang ke rumahnya dengan berlari tergesa-gesa seperti di kejar oleh seseorang yang misterius. Ia berlarian terus selama 10 menit untuk sampai ke rumahnya.
    Selepas berlarian begitu lamanya, akhirnya si Fulan sampai di rumahnya, si Fulan di sambut dengan hangat oleh Ibunya sambil membawakan handuk untuk mengusap badan si Fulan yang basah akibat terkena derasnya hujan. Si Fulan pergi ke kamarnya untuk menghangatkan diri. Lalu datanglah sang Ibu sambil membawakan makan dan minum. "Minum teh ini nak supaya tubumu hangat, dan jangan lupa makan supaya tubuhmu tetap sehat untuk hari esok"
"Iya Ibu"
Selepas makan dan minum si Fulan langsung tidur.
    Pada Malam yang sunyi dan hening, si Fulan meringik kesakitan merasa badannya tidak enak. Ibu terbangun dan menghampiri kamar si Fulan. "Badan kamu panas banget nak, sini Ibu kompres" Setelah dikompres si Fulan melanjutkan tidurnya.
    Hari mulai berganti, dan mentari mulai menampakkan diri. Si Fulan terbangun dari tidurnya dengan kondisi badan yang tidak begitu sehat. Lalu Ibu membawakan makan dan minum untuk si Fulan ke kamarnya. Ketika si Fulan menghadap makanan tersebut, kini si Fulan tidak nafsu lagi untuk makan seakan-akan suatu kenikmatan tersebut telah diambil paksa oleh Sang Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H