Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019 berhubungan terhadap peta Koalisi nasional, saya rasa benar ungkapan itu, karena setelah Pilkada serentak usai, arah Koalisi Pilpres 2019 kembali mengerucut. Jika melihat tren peningkatan elektabilitas pasangan Sudrajat-Syaikhu di jawa barat, serta meningkatnya elektabilitas Sudirman-Said yang menempel Ganjar-Taj Yasin di jawa tengah, adalah bukti kekuatan kubu oposisi di kedua daerah potensial tersebut meningkat.
Jika berbicara oposisi, sudah pasti tidak lepas dari dua nama yaitu Prabowo-SBY. Kedua nama tersebut seakan menjadi perhatian publik usai Pilkada serentak 2018. Dimulai dari kehadiran Waketum Demokrat Syarief Hasan ke kediaman Prabowo beberapa hari lalu yang membuat mencuatnya duet Prabowo-AHY dalam bursa Capres dan Cawapres 2019.
Saya rasa pertemuan antara Waketum Demokrat dan ketum Gerindra Prabowo subianto tersebut tak lepas dari hasil Pilkada serentak 2018 lalu. Jika melihat tren kemenangan maupun elektabilitas di pilkada Pulau jawa, Gerindra dan Demokrat mendapatkan angin segar dalam hasil Pilkada serentak 2018 lalu.
Seperti yang saya sebut diawal, di jawa barat dan jawa tengah meskipun tak menang, ada tren peningkatan elektabilitas Sudrajat-Syaiku di jawa barat dan Sudirman Said- Ida di jawa tengah.kedua calon gerindra tersebut menacatatkan kenaikan elektabilitas yang luar biasa, meskipun tidak memperoleh kemenangan.
Yang jadi perhatian adalah Sudrajat dan Sudriman Said bukanlah tokoh sepopuler pertahana yang sudah cukup dikenal luas publik dimasing-masing daerah. Kedua tokoh tersebut baru terlihat muncul ke publik beberapa bulan bekalangan ini, dan tentu saja angka elektabilitas Sudrajat 30 persen dan Sudirman Said 40 persen adalah angka yang cukup membuktikan bahwa basis massa Prabowo dan Gerindra meningkat belakangan ini.
Jika saya boleh berpendapat, Prabowo memiliki kedua jagoan di kedua daerah potensial tersebut, jadi ibaratnya Prabowo ada endorse di jawa barat dengan sosok Sudrajat, serta Sudirman Said di jawa tengah. Meskipun kalah, Prabowo berhasil memunculkan tokoh anadalannya di jawa barat dan jawa tengah.
Hubungan Prabowo-SBY yang mesra usai Pilkada serentak 2018
Beberapa waktu lalu SBY sempat memuji mesin politik gerindra-PKS di jawa barat yang mana pasangan usungan Gerindra-PKS mampu melampaui pasangan duo Dedi yang sejak awal menjadi pasangan yang cukup berpotensi besar untuk menang.
Sikap SBY yang memuji peningkatan suara Sudrajat-Syaikhu, tentu saja menjadi indikator awal sinyal SBY akan merapat kekubu Prabowo. Karena secara basis suara, suara duo Dedi dan Sudrajat-Syaikhu sangat beririsan, sehingga selama ini pasangan Sudrajat-Syaikhu menggerus basis suara duo Dedi di detik terakhir pilkada jawa barat 2018.
Jika hanya dua pasangan saja, saya yakin Prabowo masih mendominasi suara di jawa barat, karena dengan figur Sudrajat saja yang secara popularitas masih dinilai kurang, pasangan Sudrajat-Syaikhu mampu menembus elektabilitas 30 persen. Faktor figur prabowo sangat dominan dalam peningkatakan perolehan suara Sudrajat tersebut.
Sikap SBY memuji mesin politik Gerindra di jawa barat, tentu dapat menjadi sinyal-sinyal  pengakuan SBY  terhadap basis massa Prabowo yang masih cukup kuat di jawa barat. Sejak Pilpres 2014 jawa barat memang masih menjadi basis massa Prabowo.
Pilkada serentak 2018 sedikit banyak ternyata membuat hubungan Prabowo-SBY makin mesra belakangan ini, diawali dengan kedatangan Waketum Demokrat Syarief Hasan ke kediaman Prabowo. Kedatangan Syarief Hasan tersebut tentu saja atas arahan SBY.
Lantas faktor apakah yang membuat hubungan SBY dan Gerindra kian mesra belakangan ini? Selain sikap SBY yang memuji kinerja mesin politik Gerindra di jawa barat, faktor menguatnya kekuatan Gerindra dan ketokohan Prabowo di jawa tengah mungkin menjadi perhatian SBY dalam menjajaki koalisi dengan Gerindra.
Meskipun Demokrat berada dalam kubu Ganjar Pranowo pada Pilkada jawa tengah 2018 lalu, tetapi ada sinyal-sinyal bahwa jika kedua tokoh oposisi ini bersatu, maka potensi untuk melahirkan pemerintahan baru dinilai cukup besar.
Sebagai contoh pada Pilkada jawa timur, pasangan Khofifah-Emil keluar sebagai pemenang dalam pilkada jawa timur 2018, melawan pasangan Gus Ipul-Puti yang diusung oleh PKB dan PDIP. Seperti diketahui, Khofifah adalah cagub yang di usung oleh Demokrat.
Jika menilik sejarah Pilkada jawa timur sebelumnya, Khofifah mengalami beberapa kali kekalahan pada pilkada jawa timur sebelumnya. Pada kekalahan-kekalahan Khofifah sebelumnya, Khofifah berhadapan dengan cagub usungan Demokrat yang telah dua kali memenangi pilkada jawa timur sebelumnya.
Dari sejarah kemenangan kedua paslon Demokrat di jawa timur dari beberapa Pilgub sebelumnya, terlihat jelas bahwa jawa timur merupakan basis massa Demokrat dan tentu saja faktor figur SBY juga berperan besar dalam pemenangan calon gubernur. SBY adalah tokoh asal jawa timur, yang lahir di kota pacitan tepatnya, apalagi SBY adalah mantan presiden dua periode yang cukup berpengaruh kuat.
Nah, pada pilkada jawa timur kali ini, Khofifah berhasil keluar menjadi pemenang ketika mendapatkan dukungan SBY dan Demokrat. Jika merujuk sejarah beberapa pilkada jawa timur sebelumnya, tentu saja faktor Demokrat dan figur SBY berpengaruh besar dalam pemenangan calon gubernur.
Secara matematika politik, jika disatukan tentu saja kekuatan basis massa Prabowo dan SBY akan cukup kuat terutama di Pulau jawa, apalagi selama ini Prabowo dan SBY selalu berjarak. Akan menjadi suatu kejutan atau kekuatan politik yang besar jika pada akhirnya kedua tokoh besar luar pemerintahan ini bisa bersatu dalam satu perahu.
Prabowo punya basis massa kuat di jawa barat, dan peningkatan suara di jawa tengah jika merujuk hasil pilkada serentak 2018, serta SBY memiliki basis massa cukup dominan di jawa timur. Mungkinkan duet Prabowo-AHY pada akhirnya akan lahir?, jika melihat potensi basis massa Prabowo dan SBY yang cukup dominan di pulau jawa?
Koalisi Gerindra-Demokrat diniliai akan membuat kekuatan oposisi semakin kuat
Sub judul diatas tidak bermaksud apapun, tetapi ijinkan saya hanya sedikit menganalisa. Berkaca dari pemilu malaysia beberapa waktu lalu, kemenangan pihak oposisi ternyata terjadi karena solidnya hubungan kedua tokoh oposisi besar Malaysia.
Seperti kita ketahui, Anwar Ibrahim dan Mahathir Muhammad adalah kedua tokoh yang selama ini selalu bersebrangan. Bahkan Anwar Ibrahim pernah dipenjara dikala Mahathir Muhammad menjadi perdana menteru di era lalu. Tetapi ternyata kedua tokoh ini bersatu di tahun 2018 kali ini, dan meraih kemenangan.
Dengan posisi yang sama-sama merupakan tokoh oposisi, Anwar Ibrahim dan Mahathir Muhammad bersatu dan berhasil memenangkan pemilu malaysia 2018.
Lalu apakah sama jika benar SBY dan Prabowo bersatu? Mungkin tidak sepenuhnya sama, karena Malaysia adalah negara parlementer, dan pemilunya bukan suara terbanyak seperti Indonesia. Tetapi belajar dari koalisi kedua tokoh oposisi Malaysia diatas, kekuatan kedua tokoh oposisi jika digabungkan ternyata membuat basis massa yang cukup kuat untuk meraih kemenangan.
Kembali ke soal rencana penjajakan koalisi antara Demokrat dan Gerindra, jika secara mesin politik Gerindra cukup mengakar di daerah, meskipun Prabowo tidak pernah menjadi presiden, tetapi ada mesin partai yang kuat bagi Gerindra di seluruh wilayah indonesia.
Jika berbicara Demokrat, tidak perlu dipertanyakan, karena sebagai partai yang pernah berkuasa selama 10 tahun tentu saja Demokat memiliki loyalis dan mesin politik yang cukup kuat, apalagi ditambah figur AHY yang belakangan ini menjadi perhatian kaum milenial alias kaum muda.
AHY selama ini dipandang sebagai tokoh yang mewakili aspirasi kaum muda, secara basis suara kaum milenial ini termasuk saya (saya juga masih muda kok). Bukan hal yang dapat dianggap remeh karena ada 40 persen pemilih milenial pada pilpres 2019 mendatang.
Selain memiliki sosok AHY yang kuat dimata para anak-anak muda, Demokrat juga memiliki mesin politik yang cukup tangguh karena pernah menjadi partai penguasa. Tetapi yang jadi pertanyaan apakah benar Demokrat-Gerindra pada akhirnya akan bersatu? Misteri ini mungkin akan terjawab pada 4-10 agustus 2018 mendatang.
Salam damai selalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H