Mengenai Jawa Timur, ya kan masih ada beberapa jam, ya istikharah dulu. Biasanya sampai saat-saat terakhir ada perkembangan," kata Prabowo di kediamannya, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (9/1). (www.merdeka.com)
Berdasarkan petikan berita diatas, tentu Gerindra bisa dikatakan adalah satu-satunya Partai yang masih belum menentukan sikap Pada Pilkada Jatim 2018. Berdasarkan peta Politik hingga artikel ini ditulis, PAN telah secara resmi mengusung Khofifah-Emil dan PKS seperti yang sudah diprediksi akan mengusung Gus Ipul yang dipastikan akan bersanding dengan pendamping baru Ahmad Basarah.
Yang menjadi pertanyaan adalah, masih mungkinkah poros baru yang digadang-gadang akan dibentuk oleh poros PKS-GERINDRA-PAN terbentuk? Jika diberikan kesempatan untuk menjawab, peluangnya kecil karena kedua partai kolega Gerindra seperti PAN dan PKS telah melabuhkan dukungannya di kedua calon berbeda.
Menarik memang, PAN dan PKS masing-masing berlabuh di dua poros yang berbeda, dimana PAN berada dalam kubu Khofifah dan PKS berada dalam kubu Gus Ipul. Sehingga bisa saya sebutkan Jawa Timur peta Politiknya jauh lebih dinamis dibandingkan dengan Jawa Barat.
Tetapi kembali lagi, ini bukanlah ilmu pasti karena ini adalah politik. Seperti yang pernah disebutkan oleh salah satu pengamat politik ternama. Bahwa Politik adalah sebuah kepastian atas ketidakpastian.
Sehingga sebelum gong pendaftaran Cagub-Cawagub selesai atau ditutup, maka peta masih mungkin berubah. Apalagi Gerindra dan Prabowo sebagai titik sentral poros oposisi hingga detik ini belum juga memutuskan arah politiknya di Jawa Timur.
Prabowo dan Poros baru
Rasanya sulit menafikan bahwa Pilkada Serentak 2018 tak berkaitan degan Pilpres 2019, karena memang pada Pilkada serentak 2018 ini memang mewakili suara dari 70 persen pemilih yang akan berpartisipasi pada Pilpres 2019 mendatang.
Sehingga langkah Prabowo yang masih abu-abu hingga detik ini, adalah satu pertimbangan dimana Jawa Timur harus ada langkah yang berbeda yang harus ditempuh oleh Gerindra. Karena jika salah langkah, maka Prabowo bisa saja kehilangan investasi politiknya pada Pilpres 2019 di wilayah Jawa Timur.
Jika merujuk pada hasil Pilpres 2014, Prabowo hanya kalah tipis dengan Jokowi. Dimana Prabowo meraih 10,27 juta suara. Sedangkan Jokowi 11,66 juta suara.
Berdasarkan tipisnya persaingan suara antara Jokowi dan Prabowo, rasanya sulit mengatakan Pilkada Jawa Timur tidak mempengaruhi hasil pilpres. Karena hasil pilpres 2014 di Jawa Timur, dari perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo tersebut, ternyata juga menjadi cermin perolehan suara tingkat nasional. Dimana Prabowo juga kalah tipis atas Jokowi pada tingkat nasional, persis seperti peta persaingan Jokowi-Prabowo pada Pilpres 2014 di wilayah Jawa Timur.