Merdeka.com - Korea Utara mengecam tindakan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kim Jong Un menyebut Trump seorang 'Dotard'. Trump dianggap mengambil tindakan sembrono dan jahat.
"Mengingat fakta bahwa 'dotard' yakni penyakit jiwa, tindakan Trump ini tidak mengejutkan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korut seperti dikutip oleh kantor berita KCNA Korea Utara.
Donald Trump kini seakan menjadi pusat perhatian dunia internasional. Betapa tidak, dibalik banyaknya berbagai kontroversi tentang banyaknya Blunder dalam setiap kebijakannya baik dimata publik dalam negeri AS dan dunia internasional.
Trump lagi-lagi menuai kontroversi, dimana pada Rabu 6 desember 2017 lalu memberikan pengakuan resmi denga mengakui Yerussalem sebagai ibukota negara israel. Yang tentu saja secara langsung dubes Amerika Serikat (AS) akan berpindah ke Yerussalem dari Ibukota sebelumnya Tel.Aviv.
Yerussalem itu sendiri adalah Kota suci bagi 3 agama. Yaitu Islam, Kristen dan Yahudi tersebut, tentu sangat penting bagi dunia internasional. Terutama eksistensi negara Palestina. Karena selama ini kota tersebut selalu menjadi kota internasional yang tentu saja dibawah pengawasan PBB dan lembaga internasional lainnya.
Bahkan seperti berita diatas, Trump hingga diyakini mengalami penyakit jiwa, berdasarkan keterangan dari Kementerian Luar Negeri Korea Utara. Korea Utara tentu adalah musuh bebuyutan AS, yang mana sudah pasti tidak menyukai langkah politik luar negeri Trump yang kontroversial tersebut.
Benarkah Trump sakit jiwa? Sebenarnya Trump tidak sepenuhnya sakit jiwa (Meskipun kadang juga seperti sakit jiwa). Karena memang langkah Trumpadalah meneruskan langkah presiden-Presiden AS sebelumnya yang tertunda. Dimana semenjak era 90-an wacana pemindahan ibukota Israel dari Tel. Aviv ke Yerussalem adalah salah satu langkah kebijakan strategis Politik luar negeri AS terhadap Israel.
Tetapi, langkah tersebut sudah pasti akan melanggar hukum internasional, dimana karena Yerussalem adalah kota suci 3 umat beragama. Maka Yerussalem menjadi wilayah internasional, meskipun secara de factoIsrael adalah yang memegang kendali atas kota tersebut.
Politik internasional AS yang terkenal semenjak dahulu dikenal sebagai "Polisi Dunia", seolah membuat AS bagaikan satu2nya negara yang hingga kini bisa mengintervensi secara langsung negara-negara lain dalam hal politik dan militer.
AS sebagai polisi dunia selalu ingin menapakkan taringnya dalam politik internasional, apalagi sekarang disaat negara Tiongkok kini mulai secara perlahan menggesar peran AS dalam politik internasional dan dominasi ekonomi dunia.
Langkah Trump memang adalah langkah blunder pemerintahan AS dalam politik internasional. Karena meskipun kebijakan Trump hanya penundaan saja dari kebijakan-kebijakan yang urung dilakukan oleh Presiden-Presiden AS sebelumnya.