Meskipun secara komposisi Jenderal Gatot dan Prabowo sama-sama militer dan sama-sama bersuku Jawa. Akan tetapi jika dipadukan menjadi pasangan yang ampuh untuk mengalahkan Jokowi sebagai Capres pertahana. Sebagai partai yang selalu mencari peluang dari tokoh-tokoh diluar kader partainya, tentu saja Gerindra melihat peluang ini. Apalagi penerimaan masyarakat Indonesia dengan sosok Jenderal Gatot tergolong sangat tinggi. Jika sedikit flashback, Anies Baswedan yang tadinya berada dikubu Jokowi. Berhasil direbut hatinya oleh partai garuda ini, sehingga maju sebagai Cagub dari partai Gerindra dan tentu saja bersama PKS sebagai sang sekutu.
Apalagi di media sosial dengan manuver politik Gatot Nurmantyo akhir-akhir ini, wacana duetnya kedua tokoh nasional tersebut semakin menguat. Jika melihat komposisi pendukung hingga tingkat akar rumput. Basis massa pendukung Jenderal Gatot dan Prabowo hampir memiliki kesamaan. Yaitu dari kalangan nasionalis dan Religius.
Akan tetapi pada basis massa Religius alias islamis. Jenderal Gatot jauh memiliki banyak pendukung dalam hal ini. Dimana kedekatan Jenderal Gatot dengan ormas Islam jauh lebih erat dibandingkan Prabowo. Sehingga Jenderal Gatot tentu saja memiliki basis massa islam yang lebih kuat dibandingkan Prabowo.
Begitu juga basis massa Nasionalis, Jenderal Gatot juga memiliki kelebihan disini. Dengan adanya perintah pemutaran film G30S/PKI yang dicetuskannya. Suka maupun tidak suka, Jenderal Gatot telah menarik basis massa nasionalis yang akan menjadi pendukungnya kedepannya. Tetapi basis massa islamis pendukung Jenderal Gatot jauh lebih kuat.
Sehingga dukungan penuh Gerindra terhadap berbagai manuver yang tengah dilakukan Jenderal Gatot, bisa saja berujung duet maut Prabowo-Gatot Nurmantyo pada Pilpres 2019 mendatang. Apalagi pertemuan jenderal Gatot dengan fraksi PKS di DPR-RI kemarin, juga bisa menjadi indikator berlabuhnya Jenderal Gatot ke kubu Hambalang.
Desakan rotasi jabatan Panglima TNI yang berhembus dari kubu partai pendukung Jokowi bisa saja menjadi blunder jika Jokowi salah mengambil Tindakan. Karena belajar dari keluarnya Anies Baswedan dari kabinet Jokowi. Yang berujung menjadi lawan tangguh Ahok pada Pilkada DKI 2017. Mungkin karena alasan inilah Jokowi masih terus membiarkan manuver sang Panglima hingga saat ini. Karena pastinya Popularitas Jenderal Gatot akan melambung tinggi jika rotasi Panglima TNI dilakukan secara diri.
Apalagi Partai Gerindra sepertinya ingin membangun hubungan yang harmonis dengan sang Jenderal yang kini diprediksi akan menjadi kuda Hitam Pada Pilpres 2019 mendatang. Jika hubungan harmonis antara Jenderal Gatot dengan Partai Bentukannya Prabowo berlanjut hingga Pilpres 2019 mendatang. Bukan tidak mungkin duet Maut Prabowo-Gatot Nurmantyo akan lahir. Manuver Jenderal Gatot menjelang Pilpres 2019 tentu sangat menarik untuk diikuti.
(Muhammad Dendy)
Referensi Berita:Â 1Â |Â 2Â |Â 3Â |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H