Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Analisis Film: One Flew Over The Cuckoo's Nest (1975) "Perlawanan Orang Gila Terhadap Penindasan"

5 Juli 2017   00:15 Diperbarui: 5 Juli 2017   02:34 7441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murphy Ketika bersuka-cita bersama teman-temannya di Rumah Sakit Jiwa. Sumber : One Flew Over the Cuckoos Nest (Photo: Michael Ochs Archives/Getty Images)

One Flew Over The Cuckoo's Nest (1975), adalah sebuah film asal Amerika Serikat yang mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari orang pengidap gangguan jiwa, atau kita masyarakat umum sering menyebutnya "Orang Gila". Ini adalah Film Lawas atau film terbaik yang pernah saya tonton, karena jalan cerita, serta sudut pandang Film ini diambil dari sudut pandang yang tak biasa, yaitu "Sudut Pandang Orang Gila". Film ini bercerita tentang kehidupan seorang narapidana bernama Randle McMurphy (Jack Nicholson) yang harus menjalani hari-harinya di rumah sakit jiwa. Sebenarnya McMurphy tidaklah memiliki gangguan jiwa, akan tetapi ia berpura-pura menjadi orang sakit jiwa, agar ia dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Karena Menurut McMurphy kehidupan di rumah sakit jiwa jauh lebih baik, ketimbang kehidupan dipenjara. McMurphy, dituduh akan kasus pidana tindak pemerkosaan anak dibawah umur. 

Dalam menjalani kehidupan sehari-harinya dirumah sakit jiwa McMurphy, berinteraksi dengan orang-orang yang mengalami sakit jiwa, seperti : Dale Harding,"Chief" Bromden, Billy Bibbit, Charlie Cheswick, Martini, Max Taber, Jim Sefelt, serta Perawat Ratched dan Perawat Pilbow yang merupakan pengurus rumah sakit jiwa tersebut. Pada Awalnya Murphy merasa aneh menjalani kehidupan dirumah sakit jiwa, karena dari teman-temannya sesama penghuni rumah sakit jiwa tersebut, memiliki karakter, serta kegilaan yang berbeda-beda. 

Chief yang merupakan seorang penyendiri dan pura-pura bisu, Bibbit yang gila karena cintanya ditolak, Charlie yang emosinya suka meledak-ledak jika tak dituruti keinginannya, Martini yang suka ngawur dan tidak nyambung ketika diajak berbicara, Harding yang suka berdongeng tentang Ilmu pengetahuan dan ideologi yang benar menurut pemahaman mentalnya, serta Tabes yang suka memotong pembicaraan orang dan suka bertindak gila sesuka hatinya. Dari semua teman Murphy, Harding adalah yang paling cerdas pemikirannya diantara yang lain, karena Harding dulunya adalah seorang yang berpendidikan tinggi sebelum mengalami gangguan jiwa. Harding mengalami gangguan jiwa, yaitu suka memaksakan kehendak, dan selalu melakukan pembenaran atas hal yang menurutnya benar, apapun itu walau salah maupun tidak. 

Akan tetapi perlahan tapi pasti, Murphy mulai menikmati kehidupannya di rumah sakit jiwa, serta mulai akrab dan menyayangi teman-temannya sesama penghuni rumah sakit jiwa tersebut. Murphy pun menikmati hari-harinya, dengan membuat kesenangan kecil bersama teman-temannya, dengan bermain kartu guna membunuh waktu dan kebosanan. Pada Suatu ketika, Murphy dan teman-temannya yang sedang bermain kartu, dipaksa untuk antri minum obat, dan Muprhy pun mempertanyakan obat apa yang diberi, sehingga membuat jengkel suster Ratched, yang mengakibatkan suster Ratched mengancam Murphy akan menyuntiknya, jika tidak meminum obat itu. Kecurigaan Murphy akan kesewenangan-wenangan rumah sakit dalam memberikan obat untuk pasiennya bermula dari situ. Kecurigaan Muprhy juga bersamaan dengan kecurigaan suster Ratched, yang curiga Murphy sebenarnya tidak gila dan hanya berpura-pura gila, agar terlepas dari tuntutan Pidana yang menjerat Murphy.

Kecurigaan Murphy akan kesewenang-wenangan pihak rumah sakit terhadap pasiennya semakin kuat, ketika ia mengusulkan agar musik yang diputar oleh speaker yang dipasang diseluruh penjuru bangsal rumah sakit, agar dikecilkan sedikit, supaya para pasien rumah sakit bisa saling berinteraksi satu sama lain, tanpa adanya gangguan. Akan tetapi usul Murphy tersebut ditolak mentah-mentah oleh suster Ratched, karena musik tersebut sangat berarti bagi pasien rumah sakit yang berusia tua. 

Argumen suster Ratched itu pun diterima dengan besar hati oleh Murphy. Ditengah kebosanan akan rutinitas yang dilalui Murphy dirumah sakit tersebut, Murphy kembali memberikan usul kepada suster Ratched yang memiliki wewenang dalam peraturan rumah sakit tersebut. Usul Murphy adalah, ingin menyaksikan Piala Dunia yang tengah berlangsung melalui media televisi, yang selama ini jarang, bahkan tidak pernah digunakan dirumah sakit tersebut. Suster Ratched pun membolehkan asal dilakukan voting terhadap seluruh penghuni bangsal rumah sakit, dan hasil voting tersebut harus disetujui oleh mayoritas penghuni bangsal rumah sakit. Akan tetapi, tidak semua penghuni bangsal menyetujui usul murphy tersebut, sehingga usul murphy kembali hanya menjadi angan-angan.

Dengan kenyataan tersebut, murphy merasa ada yang tidak beres dengan rumah sakit jiwa tersebut, karena semua seolah-olah takut, patuh, serta tunduk akan peraturan rumah sakit tersebut. Hal itu terlihat dari para penghuni bangsal rumah sakit yang takut untuk memberikan voting, ketika murphy mengusulkan agar rumah sakit membolehkan para pasiennya menonton siaran piala dunia, melalui televisi. 

Murphy berpendapat, dipenjara saja para narapidana diperbolehkan menonton televisi, serta menonton pertandingan piala dunia setiap tahunnya. sehingga Murphy menyimpulkan, peraturan Rumah Sakit jiwa lebih otoriter dibandingkan penjara sekalipun.  Murphy pun perlahan-lahan mulai kasihan dengan para teman-temannya sesama penghuni rumah sakit jiwa, karena seharusnya orang yang mengalami gangguan jiwa diberikan kebebasan dalam mencari kembali jati dirinya yang hilang, bukan malah sebaliknya mengekang mereka tak ubahnya lebih dari seorang narapidana. 

Muprhy pun menghasut teman-temannya untuk melakukan perlawanan, perlawanan pertama adalah menuntut agar diperbolehkannya mereka menonton siaran langsung piala dunia. Murphy mempengaruhi teman-temannya, bahwa mereka semua pada dasarnya tidak gila-gila amat, karena itu mereka masih bisa kembali menjadi orang normal, jika mereka tidak dikekang dan bebas melakukan apa yang menurut mereka benar. Keesokan harinya, Murphy yang telah berhasil menghasut teman-temannya mengadakan voting kembali, akan tetapi suster Ratched mengatakan voting telah berakhir, dan hasil kemarin adalah hasil akhir, jadi voting itu tidak bisa diulang kembali. 

Murphy kembali melakukan perlawanan secara Psikologis, yaitu menonton TV yang pada dasarnya tidak menyala, dan menganggap seolah-olah TV tersebut menyala, dan Murphy membangun suasana seolah-olah dia sedang menonton siaran langsung piala dunia dari televisi tersebut. Perlawanan Murphy tersebut menarik perhatian teman-temannya, sehingga semua melakukan hal yang sama dengan Murphy.

Perlawanan yang dimotori oleh Murphy tersebut berhasil, pada akhirnya mereka pun diperbolehkan menonton Televisi. Perlahan tapi pasti, suasana Rumah sakit jiwa pun berubah, mereka yang tadinya patuh dan tunduk terhadap peraturan rumah sakit, menjadi berani bertindak sesuai kemauan dan apa yang benar menurut mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun