Film bisa dikatakan sebagai cult, jika tidak mampu berbicara banyak dalam tangga box office, dalam arti bisa saja mengalami sukses secara medioker, tenggelam dan kalah bersaing dengan film sejenis yang meraih keuntungan banyak, ataupun rugi secara finansial.
Hal lainnya yakni berkenaan dengan bujet seadanya sedari awal, saat studio atau distributor memutuskan untuk menayangkan filmnya dengan jumlah terbatas di bioskop. Maka peluang untuk terkespos pun tidaklah besar untuk dikenal lebih luas oleh audiens.
3. Digilai oleh sejumlah kecil penggemar
Faktor inilah yang membedakan antara film berstatus cult dengan film populer. Penilaian kontras antara kritikus yang membencinya dengan audiens yang menggilai dan mengapresiasinya, mengakibatkan film tersebut bisa berstatus cult.
Meski jumlah penggemarnya tidak banyak dan tidak pula global, namun mereka sangat loyal dan selalu memberikan rekomendasi dan promosi secara personal (word of mouth), atau di jaman sekarang menggunakan media sosial.
4. Penjualan film pasca tayang di bioskop
Atas dasar rekomendasi tersebut, maka semakin banyak orang yang menonton filmnya melalui sejumlah format lain pasca tayang di bioskop. Penjualan video dan streaming digital yang meningkat dari waktu ke waktu, membuktikan jika film tersebut ternyata disukai dan semakin diapresiasi oleh audiens.
Sejak luput dari ekspos media, film tersebut masih bisa mengandalkan penjualan melalui format lain, atau bahkan yang tidak pernah tayang di bioskop sekalipun. Oleh karenanya status cult bisa ditujukan terhadap film tersebut, berdasarkan permintaan penggemar dan audiens untuk diriliskan video-nya.