Mohon tunggu...
Mathias Herdyanto Sujono
Mathias Herdyanto Sujono Mohon Tunggu... -

"Bermimpilah setinggi langit,Jika engkau jatuh engkau jatuh di antara bintang-bintang" "Tuhan tidak akan merobah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya" Merdeka hanyalah suatu jembatan..." Soekarno

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Tanding dan Orang Muda

18 Juni 2013   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:47 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya tanding dapat didefinisikan sebagai sebagian dari populasi suatu masyarakat yang secara kuat menganut atau memeluk satu atau lebih nilai-nilai budaya yang berbeda dengan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan yang dominan. Perbedaan kebudayaan seperti ini dapat saja menimbulkan konflik. Dalam banyak masyarakat kebudayaan seperti ini banyak dihubungkan dengan kaum muda. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup kaum muda yang seringkali berbeda dari gaya hidup kebanyakan orang dalam masyarakat.

Akan tetapi di lain pihak budaya tanding yang biasanya dilihat sebagai hal yang dapat mengganggu kemapanan suatu kebudayaan justru bisa membantu membarui suatu kebudayaan daerah maupun nasional. Bagaimanapun, kita tidak mungkin mengalami suatu proses sejarah tanpa budaya tanding, baik dalam level rasional, organisasional bahkan dalam wajah politik paling kasar ataupun sekedar pemunculannya dalam tingkat naluriah atau alamiah.Beberapa bentuk budaya tanding yang dianggap penting bagi masyarakat khususnya kaum muda dikemukakan berikut. Misalnya, sebagai bentuk yang paling konkrit adalah ‘satu hari tanpa TV, kampanye tontonan yang sehat, memboikot sinetron-sinetron cabul, porno, horor dan mistik yang dapat melumpuhkan daya pikir’.

Di sisi lain Terkadang budaya tanding bisa juga dilakukan lewat berbagai bentuk aliran musik. Fenomena merebaknya musik bawah tanah (baca: musik underground) di Indonesia misalnya, ternyata tak hanya menjadi sebatas trend bermusik di luar jalur industri semata, khususnya pasca keruntuhan rezim Soeharto. Ia telah berkembang menjadi sebuah gerakan budaya tanding (counter-culture) yang dimotori oleh anak-anak muda untuk melakukan perlawanan terhadap kebobrokan sistem serta korupnya aparatur pemerintahan di negara ini, beserta hegemoni budaya yang dibentuk dan dikuasai oleh para pemilik modal (kaum kapitalis) dalam skenario `budaya pop' (pop culture).

Selain itu relitas merebaknya musik pop dewasa ini lebih dilihat sebagai suatu relisme emosional; lelaki dan perempuan muda mengidentifikasi diri mereka dangan reprentasi kolektif dengan berbagai hal yang bersifat fiktifyang denganya anak usia belasan hingga kalangan muda membentuk dan menyusun dunianya. Hal terburuk yang kita katakan ihwal musik pop bukanlah bahwa ia vulgar, atau rendah secara moral, melainkan, lebih sederhana, bahwa kebanyakan musik pop itu tidak enak.

Analisis terhadap budaya tanding ini sebenarnya merupakan suatu klaim yang bersifat positif untuk menghindari berbagai perilaku urak-urakan remaja dan kaum muda yang mempersempit pandangan tentang budaya tanding. Meski budaya tanding selalu diidentikkan dengan berbagai ketimpangan pada kaum muda hemat saya ditinjau secara positif baik oleh para pakar cultural studies maupun beberapa ahli lain menunjukkan budaya tanding tidak seharusnya dihilangkan begitu saja tetapi justru mesti dibenahi guna sebuah perjuangan oleh kaum muda khususnya. Beberapa hal di atas telah menunjukkan bahwa bagaimanapun kita masih membutuhkan sebuah budaya tanding guna menentang idealisme sempit para pemimpin yang mengagung-agungkan korupsi, kekuasaan dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak yang mesti diperjuangkannya.

Demikianlah berbagai perjuangan para pemuda dewasa ini masih sangat dibutuhkan. Masa depan bangsa ada di tangan mereka dan bukan tidak mungkin berbagai harapan turut mengalir bersama derai perjuangan mereka. Sebagai kaum intelektual para pemuda mesti menampilkan diri secara yakin dan pasti bahwa mereka adalah orang-orang berpendidikan baik dari cara bicara, berpenampilan maupun dalam hidup secara keseluruhan. Di sisi lain keterbatasan ekonomi dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tidak menutup kemungkinan bagi para pemuda untuk menunjukkan perjuangan mereka lewat bidang lain. Singkatnya gema perjuangan kaum muda mesti ditempatkan secara terus menerus sepanjang zaman guna menyuarakan ketertutupan berbagai idelaisme kotor, sebab kaum muda menjadi awal tonggak sejarah dan menjadi generasi penerus keberlangsungan suatu bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun