Mohon tunggu...
Dendinar
Dendinar Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis yang hobi nulis.

Aktivis , Penulis dan Perasa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berkelana

14 Desember 2023   17:19 Diperbarui: 14 Desember 2023   17:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Penyesalan memang akan selalu menjadi hal yang menakutkan dalam setiap proses kehidupan. Disaat semuanya sudah terjadi segala hal tidak mungkin bisa dirubah kembali, untuk diperbaiki maupun dibatalkan. Semuanya sudah kadung terjadi, nasi sudah menjadi bubur dan tidak dapat dirubah kembali, yang bisa dilakukan hanya mencoba memperbaiki yang sudah ada dan meratapi apa yang sudah terjadi.

Terkadang hidup dibawah bayang-bayang penyesalan adalah hal yang berat, setiap detik seakan diri ini terjebak di moment yang sudah terjadi. Kata orang ihklas adalah jawaban namun bukan itu hal yang sulit ? Ya memang berat berharap sesuatu namun tidak tersampaikan rasanya seperti hilang arah, sedih, marah dan kemudian berdamai. 

Yaaa mungin prosesnya sama kaya 5 tahap kesedihan yang saya alami, awalnya saya denial segala hal yang telah terjadi sulit saya terima dan cerna secara akal, kemudian saya marah kecewa saya tumpahkan amarah itu dengan kata kata, kemudian saya mulai bargaining saya mulai menawar dan menimbang apa keuntungan yang masih terjadi dan mencoba melupakan kerugian yang telah terjadi setalah itu saya depresi kecewa seakan akan yang ada dipikiran saya terus terusan bertanta "kok bisa ya hal itu terjadi kepada saya?". Hingga lelah kemudian akhirnya saya mencapai tahap terakhir dari kesedihan yaitu penerimaan. Saya mencoba mulai menerima apa yang terjadi pada diri saya dan mencoba memulai lembaran baru.

Memang membuka lembaran baru diusia segini sudah tidak lagi mudah, walaupun tidak terlalu sulit. Terkadang saya masih berpikir apakah waktu bisa diulang ? Semuanya begitu cepat sampai tidak ada yang tersisa. Lantas bagaimana cara memulai jika kita tau semuanya akan berakhir ? Bukankah setiap awal selalu ada akhir ?. Memulai hal baru terdengar seru tapi sekaligus ragu. Apa bisa yang saya memulai hal baru dan menjalaninya dengan baik? Setelah apa yang terjadi saya bukan takut kegagalan saya hanya bingung bagaimana harus memulai.

Rasa rasanya saya butuh buku panduan memulai hal baru. Agar saya tahu apa saja cara untuk memulai hal baru, sara rasa perasaan sulit memulai hal baru bukan hanya saya seorang yang mengalaminya. Dimasa saat ini dengan pesatnya teknologi dan informasi setiap orang bisa melihat pencapaian orang lain tanpa mengetahui prosesnya. Generasi hari ini terlalu silau melihat orang orang yang telah berhasil dan sukses dibidangnya tanpa ingin tahu detail yang mereka lalukan untuk membangun kesuksesannya. Hal itu tidak lah aneh dan sangat wajar dengan intensitas pemakain gawai yang sangat tinggi perharinya memungkinkan mereka mencapi informasi banyak tapi hanya setengah-setengah tanpa tau informasi lengkapnya.

Rasa sesal yang tiap hari dialami dan banyak informasi masuk tentang pecapaian orang lain membuat saya merasa sulit untuk  memulai hal baru. Dibanding proses awal yang saya lakukan dengan nothing to lose dan mencoba dengan sebaik mungkin karena yang dituju adalah proses lebih mudah dlakukan dibanding yang dituju adalah hasil. Diumur 25an keatas sulit memulai sesuatu jika tau pada akhirnya kesempatan gagal lebih tinggi dibanding kesempatan sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun