Uji coba perdana rekayasa kawasan Sukajadi-Setiabudi-Cipaganti telah dimulai pukul 09.00 WIB, Kamis, 11 Juli 2019. Sesusai harapan, Jalan Sukajadi dan Jalan Cipaganti terpantau lancar.Â
Kendaraan rata-rata memacu kecepatan di atas 60 Km/jam. Berdasarkan pantauan Pikiran Rakyat, Jalan Sukajadi dari arah Pasteur ditambah satu lajur contra flow ke arah utara. Kendaraan dari Jalan Prof. Eyckman menuju Jalan Sukajadi arah Jalan Layang Pasupati masih bisa melintas dengan dipisah pembatas bagi satu lajur kendaraan.
Sejumlah petugas kepolisian, Dinas Perhubungan, hingga petugas dari kewilayahan memposisikan diri di banyak titik, terutama di persimpangan.Â
Di beberapa persimpangan, sejumlah kendaraan kerap berhenti untuk memastikan jalur baru kepada petugas. Jalan Sukajadi cenderung lancar hingga batas akhir satu jalur di Jalan Setiabudi.Â
Sementara, di Jalan Setiabudi yang mengarah Cipaganti, terjadi kepadatan kendaraan hingga puluhan meter sebelum Jalan Cipaganti.
Diketahui, kemacetan terjadi akibat pengendara yang tidak tertib. Di ruas yang menyediakan dua lajur kendaraan itu diisi tiga baris kendaraan roda empat. Format tiga baris memicu penyempitan lajur (bottle neck) di simpang Cipaganti. Kendaraan mulai terhenti oleh rambu penunjuk arah dan beton pembatas yang memisahkan jalur menuju Jalan Cipaganti dan Jalan Setiabudi arah Cihampelas.
Imbas dari uji coba rekayasa lalu lintas ini, pengendara kendaraan bermotor (khususnya kendaraan roda dua) banyak yang melintas ke permukiman warga tepatnya di Gang Damar.Â
Karena merasa terganggu, akhirnya warga pun menutup gang tersebut untuk pengendara. Selain banyaknya pengendara yang melintas kawasan permukiman, persoalan lain dari uji coba rekayasa lalin ini adalah kurangnya sarana penerangan di kawasan Cipaganti.
Dengan rekaya lalu lintas yang diterapkan memang menjadikan waktu tempuh perjalanan lebih cepat. Namun dampak dari itu jarak perjalanan yang jauh yang akan menyebabkan beberapa dampak buruk yang terjadi di sekitar ruas Jalan Sukajadi-Cipaganti.
Soal mengurangi kemacetan mempersingkat waktu tempuh dan memperjauh jarak tempuh bukan solusi yang pas karena menghabiskan tenaga, uang, bensin juga menambah titik kemacetan di ruas jalan yang lainnya, ditambah dengan meningkatnya gas buang emisi karena efek jarak tempuh yang jauh.Â
Kemudin dengan hal tersebut dapat berdampak buruk bagi pengguna jalan. Diantaranya menambah konsumsi BBM, polusi meningkat, efek rumah kaca, dsb.