Mohon tunggu...
Denda Miftahul Huda
Denda Miftahul Huda Mohon Tunggu... -

learning, earning, sharing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Purnama: Difabel Juga Bisa! (Pemenang Tokoh Inspiratif BNPB 2013)

13 November 2013   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:13 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Terhenyak saya ketika melihat bagaimana seorang yang tidak sempurna secara fisik, tetapi memiliki hati yang sempurna untuk peduli dan membantu sesamanya di tengah segala keterbatasan yang ia miliki”

Namanya Purnama, anak pertama dari tiga bersaudara, terlahir pada 31 Juli 1976 dalam kondisi normal dan sempurna hingga pada usia 6 tahun penyakit polio menyerangnya. Sejak saat itu, kaki kanannya tidak dapat digunakan lagi dengan normal. Awal pertemuan saya dengan Bapak Purnama adalah ketika saya melakukan kajian awal untuk penelitian magister pada bulan Juli lalu tentang bagaimana dukungan sosial bagi penyandang disabilitas atau difabel dalam menghadapi bencana.

[caption id="attachment_291959" align="aligncenter" width="300" caption="Keterbatasan tidak menghalanginya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain."][/caption]

Tema yang saya anggap menarik karena difabel selama ini dipandang hanya sebagai kelompok rentan yang harus dibantu dalam situasi dan kondisi tertentu, termasuk ketika bencana melanda. Pada kenyataannya tidak semua difabel bergantung pada orang lain. Banyak difabel yang dengan kemampuan dan semangatnya yang pantang menyerah, mampu memberdayakan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Bahkan, terkadang mereka mampu melebihi orang-orang normal dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.

Pak Pur, begitu beliau biasa dipanggil, tinggal di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman yang juga termasuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi. Ketika erupsi besar Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu, daerah tempat tinggalnya mengalami kerusakan yang cukup parah. Awan panas merusak sebagian rumah dan lahan perkebunan di area tersebut.

Walaupun memiliki keterbatasan fisik, ayah satu anak ini tidak ingin bergantung dengan orang lain. Di depan rumahnya terdapat ruangan beserta seperangkat mesin jahit yang digunakan bersama istrinya sebagai sumber pendapatan sehari-hari. Rumahnya juga terlihat sederhana.

Sebagai seorang difabel, beliau sangat aktif terlibat di berbagai kelompok atau komunitas masyarakat. Tahun 2004, beliau menginisiasi pembentukan organisasi Lereng Merapi, yaitu organisasi difabel berbasis komunitas yang dibentuk atas dasar kebutuhan para difabel. Organisasi ini memiliki anggota dan jaringan yang tersebar di hampir seluruh kawasan yang terancam oleh dampak erupsi Gunung Merapi. Selain itu, pada tahun 2008, beliau bergabung dengan PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia) Daerah Istimewa Yogyakarta, dan menjadi ketua PPDI Sleman pada tahun 2009 hingga sekarang.

Bersama organisasi-organisasi inilah Pak Pur mulai terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana. Pada saat bencana erupsi Gunung Merapi 2010, bersama rekan-rekannya, beliau melakukan evakuasi kepada para difabel di sekitar desa dan kecamatan tempat tinggalnya. Uniknya, evakuasi dilakukan dengan menggunakan motor yang sudah dimodifikasi sendiri dengan menambahkan bak beroda yang dipasang di sebelah kiri motornya.“Walaupun bentuk motornya jadi aneh, bak ini bisa ngangkut lima orang lebih lho mbak dan semuanya difabel”, kata Pak Pur dengan nada medhok jawanya.

[caption id="attachment_291962" align="aligncenter" width="300" caption="Dengan motor inilah Pak Pur membantu mengevakuasi para difabel saat erupsi Merapi 2010."]

13843198661931785517
13843198661931785517
[/caption]

Beliau bercerita tentang bagaimana sulitnya mengevakuasi para difabel karena masyarakat dan keluarga menganggap bahwa status Gunung Merapi pada saat itu belum berbahaya. Jalur evakuasi yang rusak tertutup debu material dan tanaman salak yang tumbang juga menghambat proses evakuasi. Sebagai jalur komunikasi, organisasinya hanya memanfaatkan telepon genggam (handphone) untuk menginformasikan kepada anggota terkait kondisi yang mungkin berbahaya pada saat bencana terjadi.

Pak Pur juga pernah menjadi fasilitator untuk kegiatan peningkatan kapasitas para difabel di wilayah kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi. Kegiatan tersebut diprakarsai oleh salah satu LSM yang bergerak di bidang bencana dan kemanusiaan. Bersama rekan-rekannya dari berbagai desa dan kecamatan di kawasan rawan bencana, Pak Pur mendidik dan melatih para difabel agar siap siaga dan tangguh dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah pemetaan jalur evakuasi bencana bagi para difabel dan pelatihan simulasi evakuasi bencana yang disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan para difabel. Selain kepada para difabel, kegiatan tersebut juga menyasar pada keluarga sebagai orang terdekat yang dapat memberikan dukungan (support system) bagi difabel. Pak Pur juga sangat aktif dalam mengadvokasi para difabel untuk mendapatkan hak-hak mereka.

Pak Pur berpandangan bahwa difabel tidak selalu butuh dikasihani, karena beliau yakin bahwa difabel juga memiliki kemampuan. Oleh karena itu, yang dibutuhkan oleh mereka adalah pengakuan sehingga mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuan mereka. Pak Pur dan kawan-kawan sesama difabel yakin mereka juga mampu untuk terlibat dalam penanggulangan bencana. Bukan saja pada saat tanggap darurat, tetapi juga pada kegiatan prabencana maupun pascabencana seperti kegiatan peningkatan kapasitas menghadapi bencana yang sudah mereka lakukan.

Apa yang dilakukan oleh Pak Pur menunjukkan social responsibility yang tinggi walaupun dengan keterbatasan fisik yang ada. Kisahnya telah menginspirasi saya bahwa keterbatasan kondisi fisik yang dialaminya tidak menyurutkan semangat beliau untuk membantu dan terlibat dalam penanggulangan bencana. Justru itu yang membuatnya mau berbagi dengan sesamanya, saling menguatkan, dan bermanfaat. Saya yakin apa yang dilakukan oleh Pak Pur juga dapat menginspirasi orang lain yang mungkin kondisi fisik dan ekonominya jauh lebih baik untuk turut terlibat dalam penanggulangan bencana.

*Tulisan narasi ini menjadi salah satu pemenang pada kategori Tokoh Inspiratif Penanggulangan Bencana 2013 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Berhasil terpilih bersama 5 tulisan narasi tokoh inspiratif lainnya dari total 327 tulisan. Selamat kepada Pak Pur, ini adalah bingkisan istimewa yang bisa kami berikan buat Bapak atas semua kebaikan dan perbuatan mulia Bapak baik kepada kami maupun kepada para difabel. Purnama, He’s more than inspiring!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun