Mohon tunggu...
Denda Anggraini Dwi P.S
Denda Anggraini Dwi P.S Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

“ if you can dream it,you can do it”

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori Psikososial Erik Erikson: Memahami Perkembangan Manusia Sepanjang Hayat

22 Januari 2025   16:26 Diperbarui: 22 Januari 2025   16:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Teori Psikososial Erik Erikson: Memahami Perkembangan Manusia Sepanjang Hayat
Teori psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan yang paling berpengaruh dalam psikologi. Erikson, seorang psikolog Jerman-Amerika, memperkenalkan teorinya pada pertengahan abad ke-20, menekankan pentingnya interaksi sosial dan pengalaman dalam membentuk identitas individu sepanjang hidup. Teori ini terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mencakup seluruh rentang kehidupan manusia, dari bayi hingga dewasa lanjut. Dalam artikel ini, kita akan membahas setiap tahap, konsep kunci dalam teori ini, serta implikasi dari teori Erikson dalam kehidupan sehari-hari.
Delapan Tahap Perkembangan Psikososial
Tahap 1: Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
-Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuh utama. Jika kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, kenyamanan, dan kasih sayang, terpenuhi dengan baik, mereka akan mengembangkan rasa percaya. Sebaliknya, jika kebutuhan mereka diabaikan atau tidak terpenuhi, mereka akan mengalami ketidakpercayaan terhadap orang lain dan lingkungan mereka. Kepercayaan yang dibangun pada tahap ini menjadi fondasi bagi hubungan sosial di masa depan.
1.Tahap 2: Otonomi vs. Ragu (1-3 tahun)
-Anak-anak mulai mengembangkan rasa otonomi dan kontrol atas diri mereka. Mereka belajar untuk melakukan hal-hal sendiri, seperti menggunakan toilet dan memilih pakaian. Jika mereka didorong untuk mandiri dan diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi, mereka akan merasa percaya diri. Namun, jika mereka terlalu dikontrol atau dihukum, mereka mungkin merasa ragu dan malu. Dukungan dari orang tua dan pengasuh sangat penting dalam tahap ini untuk membantu anak merasa otonom.
1.Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)
-Pada tahap ini, anak-anak mulai mengeksplorasi lingkungan mereka dan mengambil inisiatif dalam bermain dan belajar. Mereka mulai berani mencoba hal-hal baru dan berinteraksi dengan teman sebaya. Jika mereka didorong untuk berinisiatif dan mendapatkan dukungan, mereka akan merasa percaya diri. Namun, jika mereka dihukum atau diabaikan, mereka mungkin merasa bersalah atas keinginan mereka untuk berinisiatif. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan ruang bagi anak-anak untuk berkreasi dan berinovasi.
1.Tahap 4: Kerja Keras vs. Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)
-Anak-anak mulai mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka di sekolah dan dalam interaksi sosial. Mereka belajar untuk bekerja sama dengan teman-teman dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Jika mereka berhasil dan mendapatkan pengakuan atas usaha mereka, mereka akan merasa kompeten dan percaya diri. Namun, jika mereka mengalami kegagalan atau tidak mendapatkan dukungan, mereka mungkin merasa rendah diri. Dukungan positif dari guru dan orang tua sangat penting untuk membantu anak-anak merasa berharga.
1.Tahap 5: Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)
-Remaja mulai mencari identitas diri dan mencoba berbagai peran sosial. Mereka mengeksplorasi nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidup. Jika mereka berhasil menemukan identitas yang kuat, mereka akan merasa percaya diri dan memiliki arah dalam hidup. Namun, jika mereka bingung tentang siapa diri mereka, mereka mungkin mengalami krisis identitas. Proses ini sering kali melibatkan eksperimen dengan berbagai identitas, dan dukungan dari orang tua dan teman sebaya sangat penting dalam membantu remaja menemukan jati diri mereka.
1.Tahap 6: Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun)
-Pada tahap ini, individu mulai membentuk hubungan intim dengan orang lain, baik dalam konteks romantis maupun persahabatan. Jika mereka mampu membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung, mereka akan merasa terhubung dan intim. Namun, jika mereka mengalami kesulitan dalam membangun hubungan, mereka mungkin merasa terisolasi dan kesepian. Keterampilan komunikasi dan kemampuan untuk membangun kepercayaan menjadi sangat penting dalam tahap ini.
1.Tahap 7: Produktivitas vs. Stagnasi (40-65 tahun)
-Individu mulai berkontribusi pada masyarakat dan generasi berikutnya melalui pekerjaan, keluarga, dan kegiatan sosial. Mereka mencari makna dalam hidup mereka melalui pencapaian dan kontribusi. Jika mereka merasa produktif dan memberikan dampak positif, mereka akan merasa puas dan berharga. Namun, jika mereka merasa tidak berkontribusi atau terjebak dalam rutinitas, mereka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun