"Persetan dengan malu, soal itu! Aku tetap akan lebih memilih disebut bukan pemberani. Lebih baik dicemooh penakut, diragukan apa benar aku ini laki-laki, daripada harus berdekatan dengan yang namanya anjing. Apalagi sengaja memegangnya!"
"Kalau anjing peliharaan tentu sudah jinak. Ia sudah tak berbahaya, napa mesti takut?"
"Aku toh bukan orang yang memeliharanya bukan?"
"Karena ia najis?"
"Keyakinan itu kemudian makin menguatkan!"
"Traumatik masa lalu?"
"BoIeh jadi. Aku merasa dari semenjak kanak-kanak, ia selalu menyalak keras-keras, seperti marah setiap melihatku dekat!"
"Perasaanmu saja, kali"
"Lihat saja, matanya tak bersahabat...nganga mulutnya mengancam, julur lidahnya sinis mengejek. Mengendus penuh curiga dan suaranya selalu melempar amarah!"
"Mmmmm. Apa kau pernah menanyakan alasannya mengapa ia bersikap begitu?"
"Maksudmu?"
"Mungkin mereka mengira kau adalah Sangkuriang - pembunuh Si Umang. Siapa tahu?!"***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H