Mohon tunggu...
Denaya Karenzi
Denaya Karenzi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kain-kain Indonesia, Lembaran Sarat Makna

20 Januari 2017   13:41 Diperbarui: 27 Januari 2017   01:20 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia dikenal dengan negerinya yang berupa kepulauan dan budanyanya yang beragam. Bukan hal yang mudah menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, karena menurut Sensus penduduk tahun 2010, tercatat sebanyak 1331 suku di Indonesia yang berbeda  beda mulai dari bahasa, kepercayaan dan adat istiadat. Bagaikan menenun benang menjadi sehelai kain, dibutuhkan kesabaran, ketelatenan serta ketelitian yang tinggi untuk menjadikannya bersatu membentuk suatu keindahan. 

Kegiatan menenun tidaklah asing bagi masyarakat indonesia khususnya di daerah Sumatra. Sudah semenjak abad ke 19 masyarakat di desa Silungkang kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatra Barat, menenun benang benang menjadi songket, yang kini menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Motifnya yang indah dan kompleks menggambarkan kekayaan alam sumatra barat, seperti bunga, binatang atau atau benda benda bersejarah. 

Hal ini didasari dari pepatah terkenal minangkabau “alam takambang jadi guru” yang artinya alam yang maha luas sebagai guru atau panutan. Teknik menenunn yang digunakan oleh masyarakat Silungkang adalah in-way weaving system, dimana benang yang ditenun polos yang akan menjadi latar, diberi motif dengan mennenunkan benang dengan warna,serat dan ukuran yang berbeda, agar motif terlihat menonjol. Jadi perbedaan lah yang memunculkan keindahan tenun Silungkang  ini.

Tidak hanya karena hasilnya yang indah, proses pembuatannya yang dapat disaksikan langsung di Silungkang juga memiliki pesona tersendiri yang mengundang para pelancong dalam maupun luar negeri. 

Selain di Silungkang, kain tenun atau sering juga disebut songket, merupakan salah satu hasil dari industri kreatif Palembang, Sumatra Selatan. Songket songket Palembang terkenal karena warnanya yang cerah dan benang benang emasnya yang menkilat. Kekayaan Palembang akan emas yang membuatnya dijuluki dengan swarnadwipa atau pulau emas, memiliki pengaruh yang besar terhadap kain tradisional mereka, songket. Warna emas yang ditenunkan di kain songket Palembang, merupakan emas sungguhan yang dilelehkan dan dijadikan benang. Hal ini membuatnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Terdapat banyak jenis songket yang dibedakan oleh motifnya. 

Songket Lepus salah satunya. Lepus yang berarti menutupi, merupakan jenis songket yang paling mahal karena benang emasnya hampir menutupi seluruh bagian kain. Songket Lepus sendiri memiliki beberapa macam, yaitu Lepus Lintang yang bermotif bintang, Lepus Ulir dan banyak lagi. Sementara Songket Tawur merupakan jenis songket yang benang emasnya tidak menutupi, melainkan menyebar dan bertabur. 

Nah, bila anda melihat songket Palembang yang tidak terdapat motif dibagian tengahnya, melainkan di kedua ujung pangkal dan pinggir membentuk persegi, itulah Songket Tretes. Tapi sayang, menurut Wikipedia, dari 71 motif songket Sumatra selatan,  baru baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Adalah tugas kita sebagai generasi muda, untuk bangga dan memastikan bahwa kebudayaan indonesia harus tetap lestari. 

Destinasi wisata paling populer di indonesia, Bali juga memiliki kain khasnya sendiri. Keindahannya tidak kalah dengan pesona alam Bali. warna warna yang indah serta bahannya yang lemas, tidak seperti songket yang kaku, membuatnya memiliki target pasar yang luas. Endek namanya, kain khas bali yang dahulu hanya digunakan untuk kaum bangsawan dan pada acara acara sakral, kini seiring berkembangnya masyarakat, diciptakanlah Endek dengan motif bernuansa alam agar dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dalam kegiatan sehari hari. Namun, tetap saja untuk menghormati ke-sakralan Endek, motif motog patra dan encek saji hanya boleh digunakan untuk upacara keagamaan didalam pura. Pada tahun 2012, tercatat hasil karya tangan tangan kreatif penenun kain Bali menyumbang 11,8 juta dolar AS untuk devisa negara. 

Tak jauh dari bali, terdapat pulau yang yang pantainya dan kerajinan kainnya tidak kalah indah, yaitu Lombok. Di Lombok, tepatnya di desa Sukarara, anda bisa menjadi bagian dari industri kreatif Lombok secara singkat dengan belajar menenun. Tenun lombok berbeda dengan tenun dari daerah lain, penggunaan benang berbahan katun mendominasi kain khas Lombok ini. Tidak adanya motif dari benang emas dan perak juga menjadi salah satu ke-khasan dari tenun Lombok. Bagi penduduk asli Lombok, tenun merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupannya. Tenun Umbok, dengan motif garis - garis dan rumbai yang diikatkan koin berubang di ujungnya, diberikan pada bayi yang baru lahir sebagai simbol dari kasih sayang dan tuntunan hidup. Kain ini harus dijaga hingga si anak meninggal. Sebenarnya, setiap kain dari indonesia memiliki makna dan ceritanya masing masing. 

Songket Palembang misalnya, warna merah tua atau hijau tua melambangkan kesendirian, biasanya dipakai oleh wanita yang berstatus janda. Sedangkan, warna cerah dengan motif bunga melati melambangkan keanggunan dan kesucian, biasanya diperuntukan oleh perempuan yang belum menikah. Dalam adat Minangkabau, songket dengan motif kaluak paku atau pakis, memiliki makna untuk senantiasa melakukan introspeksi diri, karena pakis selalu mengulung kedalam sebelum mekar. 

Masih banyak motif motif kain khas indonesia yang sarat akan makna. Tak ubahnya kain batik yang sangat populer baik dalam dan luar negeri, setiap motifnya juga memiliki makna. Motif parang contohnya, memiliki makna yang sangat mendalam sehingga pada zaman dahulu, hanya boleh dipakai oleh raja, ksatria dan penguasa. Nama parang yang diambil dari kata pereng atau lereng, yang membentuk jalinan huruf S melambangkan kesinambungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun