Pernah mendengar seorang anak yang dibuli atau dilecehkan oleh temannya? Atau pernah melihat kasus guru yang ditantang siswanya sendiri karena ditegur? Atau mungkin siswa yang tidak jera mencari masalah di sekolah meskipun sudah diberi peringatan oleh guru? Peristiwa-peristiwa tersebut hanya sedikit contoh nyata dari kemunduran moral dan etika anak-anak di Indonesia.
Padahal, Indonesia dikenal dengan nilai adab dan sopan santun yang baik. Sayangnya, kondisi moral dan etika anak saat ini mulai memprihatinkan. Di era modern seperti sekarang ini, banyak anak seperti kehilangan arah dan tujuan. Mereka tidak memiliki motivasi kenapa mereka harus belajar dan sekolah. Anak memiliki kecenderungan untuk lebih mengedepankan sikap tidak peduli dan anarkis. Anak banyak menghabiskan waktu mengakses media sosial, dan ada kecenderungan anak zaman sekarang tidak memberikan pengaruh positif sebagai seorang pelajar. Dapat dikatakan jika nilai-nilai moral dan etika telah menjadi salah satu problematika pendidikan anak di Indonesia.
Faktor Pemicu
Budaya sopan santun sepertinya memang telah memudar. Anak-anak kurang memahami pentingnya menerapkan adab dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Nyatanya, masih ada anak yang minim toleransi, melakukan perundungan dan diskriminasi tanpa sebab yang jelas. Terkadang hanya karena faktor iri dan rasa tidak suka mereka melakukan pembulian baik secara verbal ataupun fisik. Melakukan pelecehan seksual secara verbal dianggap sebagai hal yang lucu, seperti mengolok-olok perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yang beranjak remaja.
Bukan hanya itu saja, ada anak kerap melakukan perusakan properti di sekolahnya, memiliki rasa hormat yang rendah terhadap orang tua dan guru, memiliki tutur kata yang tidak sopan dalam berkomunikasi, bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. Ada juga yang melakukan tindak kriminal, seperti melakukan pencurian dan tindak kekerasan sampai mengakibatkan kematian anak lain.
Hal-hal tersebut di atas jangan dianggap sebagai hal yang sepele dan dinormalisasi. Jangan juga mendapat permakluman hanya karena dilakukan oleh anak-anak. Banyak anak berubah menjadi pribadi negatif terpengaruh oleh derasnya tren di media sosial tanpa mampu menyaring baik dan buruknya. Sejauh hal itu menarik dan asyik menurut mereka, maka akan diikuti. Keberadaan teknologi yang semakin canggih dapat mengikis moral dan etika anak jika orang tua lalai dan abai  mengawasi anak dalam penggunaan gadget yang berlebihan.
Kerapkali orang tua merasa sudah menjadi orang tua yang baik hanya dengan memenuhi kebutuhan materi anak. Â Bahkan ada juga orang tua yang hanya mempedulikan kebutuhan akademik tapi tidak dengan kebutuhan emosional anak mereka. Saking sibuk dengan kegiatan dan aktivitas mereka sendiri, orang tua cenderung lupa mengajarkan pentingnya memiliki sopan santun, perlunya memiliki moral dan etika saat berinteraksi dengan orang lain. Orang tua lupa bahwa seorang anak tidak dapat dibiarkan tumbuh sendiri tanpa mendapatkan bimbingan dan kontrol orang tua.
Jika di rumah, orang tua memiliki peran signifikan, di sekolah para guru juga menyumbang peran terhadap pembentukan karakter anak. Meskipun sekolah adalah implementasi pendidikan anak di rumah, tetapi guru juga memiliki peran penting untuk memberi pendidikan moral pada anak. Namun saat ini, pendidikan moral yang baik kurang diintegrasikan dalam penerapan kurikulum sekolah. Pembelajaran dan sosialisasi tentang nilai moral, toleransi dan akhlak pada anak-anak kurang. Guru tidak tegas dalam memberikan sanksi disiplin terhadap siswa yang berbuat kesalahan. Sanksi tegas yang dimaksud bukanlah hukuman secara fisik, tetapi lebih pada pembelajaran yang memberi efek jera untuk jangka panjang. Misal, diberikan peringatan pertama, kedua hingga pemanggilan orang tua. Jika masih mengulang kesalahan yang sama, sekolah tidak perlu ragu untuk mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah.
Pendidikan memang menjadi komponen penting yang harus dimiliki di dunia ini. Namun, anak tidak hanya harus dibekali pengetahuan kognitif, tetapi juga pengetahuan afektif untuk hidup di masyarakat. Penanaman nilai moral dapat dilakukan melalui pendidikan formal seperti sekolah ataupun non formal, seperti lingkungan keluarga.
Pendidikan Moral di Rumah