Bagi sebagian perempuan, menjadi tulang punggung di saat suami sudah tidak bekerja lagi bukanlah hal yang mudah. Bahkan sulit untuk dilalui, karena berpengaruh pada ekonomi keluarga. Tidak sedikit yang berujung pada keputusasaan yang mengakibatkan depresi dan berakhir dengan bunuh diri. Tapi tidak dengan perempuan tangguh ini.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, dia harus bekerja dari pagi hingga malam untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi kelanjutan hidup keluarganya. Tidak ada kata tidak bisa dalam kamusnya. Kemampuan membuat pie susu dia dapatkan secara otodidak. Prinsipnya, apapun bisa dipelajari selama ada kemauan.
Di tengah keterpurukan sektor usaha, dia masih berusaha bertahan. Mengandalkan sahabat, relasi menawarkan pie susu dagangannya. Di bulan Ramadan ini, ketika pesanan berdatangan, dia tetap bekerja seorang diri. Rasa lelah tidak dihiraukan, karena dia merasa senang dengan apa yang dilakukan. Â Yang penting baginya, kebutuhan keluarga terpenuhi, biaya kuliah anaknya tidak tersendat.
Ada atau tidaknya pesanan dia akan selalu membuat pie susu. Seakan-akan pie susu telah menjadi bagian hidupnya yang tidak terpisahkan. Saya melihat perjuangan tanpa mengenal lelah. Apapun dilakukan untuk melihat anaknya menjadi sarjana. Semoga perjuangannya menginspirasi banyak wanita. Selalu ada rejeki yang bisa disyukuri jika terus berusaha.Â
Semoga saya bisa memberikan sedikit apresiasi atas perjuanganya, membiarkannya rehat sejenak di Cordela Kartika Dewi, tanpa ada aktivitas mengoles loyang dan membuat adonan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI