PEKANBARU - Dewan Energi Mahasiswa Universitas Riau (DEM UNRI) adakan diskusi online bersama Serikat Pekerja Nasional (SPN) Chevron dan Serikat Pekerja Pertamina Unit Pemasaran MOR 1 (SP-UPMS MOR 1) untuk membahas Blok Rokan yang ada di Provinsi Riau. Selasa, 27-28 April 2020.
Ali Rekso, Ketua Umum SPN Chevron dan Sutrisno Assalim, SP-UPMS MOR 1 menjadi pemateri diskusi online bertemakan ‘Apa Kabar Blok Raksasa RI, Rokan untuk Indonesia.’
Di tengah pandemi COVID-19, DEM UNRI terus mengajak seluruh masyarakat untuk tetap sadar akan kondisi energi tanah air, karena tanpa energi negara tidak bisa bertahan. Serta mengajak seluruh elemen masyarakat agar saling menguatkan dalam menghadapi COVID-19 ini.
Namun bagaimana kabar Blok Rokan? Hingga saat ini kondisi Blok Rokan belum banyak berubah, Pertamina masih sulit mendapatkan akses dan data-data  penting mengenai Blok Rokan.
Sebagai blok minyak raksasa nasional yang telah dikuasai asing selama 48 tahun, Blok Rokan memiliki 120 lebih lapangan minyak dan gas, lapangan yang paling terkenal adalah Bekasap, Duri, dan Minas. Tiga lapangan ini menghasilkan crude oil kelas dunia dengan kadar sulfur rendah berjenis Sumatran Light Crude (SLC). Crude oil dari rokan ini dikelola di Refenery Unit 2 Pertamina yang ada di Dumai dan sebagiannya di Indramayu.
Sutrisno mengharapkan mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat mengetahui kekayaan Provinsi Riau sebenarnya, 8 Agustus 2021 nanti kepemilikan Blok Rokan seluas  6221 km2 direncanakan akan kembali ke Indonesia.
Ali Rekso mengatakan total produksi dari Blok Rokan mencapai 11.5 miliar barel sampai 2017, pendapatan kotor mencapai 72 triliun USD, dan cadangan yang tersisa mencapai 1,5 miliar barel. Produksi dari Blok Rokan ini setara dengan 26 persen produksi minyak nasional. Tetapi Blok Rokan yang sedang dikelola oleh Chevron Pasific Indonesia (CPI) Â ini memiliki tantangan cukup besar.
Ali Rekso menjabarkan setidaknya ada lima tantangan yang harus dihadapi Pertamina selaku Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang akan melanjutkan tongkat estafet operator utama Blok Rokan, diantaranya:
1. Penurunan produksi, trend penurunan produksi blok rokan bisa sampai 135.000 barel perhari
2. Kenaikan lifting cost
3. Investasi mahal, mahalnya investasi untuk pengeboran lapangan-lapangan yang masih dalam masa eksplorasi