Mohon tunggu...
Demon
Demon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa yang menyukai coklat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Kebudayaan Batak yang Tidak Lekang Oleh Waktu

30 Juni 2024   15:45 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu daerah tentu akan mengikuti kebudayaan yang sudah tertanam dari nenek moyang terdahulu. Budaya melambangkan simbol jati disi seseorang. Pada Era Globalisasi ini budaya cenderung meninggalkan identitas yang sudah ada dengan mengubah suatu adat istiadat agar lebih mudah dijalani. Walaupun memiliki latar belakang yang sama akan tetapi lingkungan social beserta dengan tuntutannya dapat mengubah diri seseorang dalam menjalani kebudayaanya.

Komunikasi budaya sangat penting dalam hal ini bukan hanya untuk menyatukan budaya yang berbeda. Tetapi digunakan sebagai media dalam pertukaran informasi mengenai persamaan kebudayaan tetapi perbedaan adat yang dijalani. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi budaya dapat membantu perubahan suatu tradisi tanpa mengubah nilai sakral dalam tradisi tersebut. Kini, Masyarakat lebih dominan melakukan suatu tradisi dengan mudah.

Salah satu suku di indonesia yang sudah mengalami perubahan adat dalam waktu ke waktu tanpa menghilangkan nilai budaya yang ada, adalah suku batak. Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang kini sudah mengalami perubahan dalam beberapa adat, agar masyarakat pada suku tersebut tidak mengalami kesulitan dalam mempertahankan adat istiadatnya dan melakukan aktivitasnya melaui perundingan antar keluarga dan Masyarakat. Berbagai permasalahan timbul karena tuntutan sosial dalam lingkup budaya hingga dihasilkannya Solusi agar adat tetap berjalan.

Dalam melaksanakan suatu pesta seperti pernikahan dalam Masyarakat suku batak, berikut penjelasan mengenai prosesi pernikahan adat batak . Pihak Parboru (pihak keluarga Perempuan dari suatu keluarga/pihak ibu) di dalam adat sering disebut sebagai Parhobas (pihak yang membantu menyiapkan suatu pesta). Dimana sewaktu dulu Parhobas  akan bekerja memotong hewan yang di kurbankan pihak keluarga agar dapat dimasak bersama - sama di suatu tempat terdekat dari rumah pengantin yang kemudian  dibagikan kepada tamu pesta, hal ini dipandang sebagai perwujudan dalam mengeratkan hubungan persaudaraan antar keluarga dan Masyarakat setempat terlebih dulunya suku batak tinggal secara berkelompok dalam suatu daerah, yang dimana dapat dikatakan bahwa tetangga rumah mereka adalah keluarga mereka sendiri.  

Adat ini menjunjung nilai budaya Kerjasama, agar hubungan semakin kuat serta sebagai simbol jalinan erat kasih. Ketika Masyarakat hidup berimigrasi ke suatu tempat karena berbagai macam factor, maka adat ini mengalami perubahan. Hal ini banyak terjadi bagi masyarakat suku batak yang tinggal di pulau Jawa. Masyarakat yang hidup berimigrasi tidak lagi melakukan adat memotong hewan kurban yang diberikan oleh keluarga pengantin, sebab hal itu sangat menyita waktu. Terlebih Masyarakat suku batak yang berimigrasi memiliki kesibukan tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan masing - masing invidu atau keluarga. Untuk itu diperlukannya komunikasi antar budaya agar budaya nenek moyang tidak lekang dan masyarakat batak yang tinggal di tempat Rantau dapat menjalani adat. Mereka melakukan diskusi antar keluarga dan antar persaudaraan. Hingga disepakati dalam memasak makanan menggunakan jasa catering. 

Tidak hanya itu, Upacara Adat Pernikahan suku Batak di kota - kota besar mengalami perubahan agar dapat mempersingkat waktu dengan mengurangi beberapa aspek pada acara tanpa menghilangkan nilai luhur dalam adat tersebut, karena di kota masyarakat suku batak banyak yang lebih memilih menyewa gedung untuk melaksanan pernikahan( tidak di rumah sendiri). Bahkan adat Mambosuri (Kehamilan 7 bulan) jarang sekali terjadi, untuk melakukan tujuh bulanan masyarakat batak di daerah kota seringkali hanya melakukan doa bersama agar persalinan lancar serta mendoakan agar Ibu dan bayi sehat. Seringkali masyarakat suku batak yang tinggal di kampung pergi ke kota besar untuk menghadiri beberapa upacara adat merasa kaget dengan system yang ada, diperlukannya komunikasi antar budaya agar masyarakat dari desa dapat memaklumi dan masyarakat di kota tidak mengalami kesusahan, sehingga tidak ada konflik yang timbul dalam internal

Adat Mangokal Holi (proses menggali kembali tulang-belulang dari kubur yang selanjutnya akan ditempatkan kedalam tempat yang baru, biasanya terbuat dari semen dan dikenal dengan istilah batu napir atau tugu marga) sumber referensi bedasarkan detik.com.  adalah adalah adat tertinggi dalam suku Batak. Dulu masyarakat suku batak di kampung banyak melakukan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan akan orang tua yang sudah tiada dan nenek moyang. Saat ini, adat tersebut jarang dilakukan karena beberapa penyebabnya seperti perbedaan pola hidup dan sudut pandang masyarakat suku batak hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat suku batak memandang kematian dengan penguburan sudah terbilang cukup dalam melambangkan adat akhir kehidupan serta berpikir bahwa Mangokal Holi bukanlah prioritas dalam hidup mereka. Faktor kedua adalah religious, menunjukkan bahwa masyarakat suku batak tidak lagi memandang Mangokal Holi sebagai sesuatu yang penting karena masyarakat suku batak tidak hanya menganut agama Parmalim (Kepercayaan asli batak dengan menyembah Mulajadi Nabolon) tetapi sudah menganut agama yang disahkan oleh negara banyak masyarakat suku batak yang memeluk agama Islam, Khatolik dan Kristen yang dimana dalam agama tersebut tidak menyakini adanya Roh setelah kematian. Serta faktor yang terakhir adalah ekonomi, ekonomi bisa menjadi faktor utama dalam pertimbangan untuk melakukan adat Mangokal Holi. Dikarenakan adat Mangokal Holi adalah adat tertinggi dan adat yang membutuhkan biaya yang besar. Hingga membuat masyarakat suku batak batak terkadang lebih memilih memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai hal utama dan tidak melakukan adat Mangokal Holi. Beberapa faktor yang disebutkan diatas merupakan bahan pertimbangan yang membuat adat Mangokal Holi adalah adat yang paling mahal, tidak hanya dilihat berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam adat tersebut tetapi juga dilihat dari adat Mangokal Holi yang jarang ditemui. Komunikasi  Antar Budaya sangat penting dalam mempertahankan budaya, agar budaya Mangokal Holi tidak hilang oleh zaman. Komunikasi Antar Budaya dapat digunakan sebagai peran dalam penyaluran promosi dengan memberikan pemahaman yang sederhana, agar masyarakat batak yang memiliki keadaan ekonomi baik dapat melakukan adat ini. memberikan apresiasi bagi masyarakat batak yang melaksanan upacara mangokal holi. Wujud lainnya dapat dilihat melalui kolaborasi komunitas batak dengan komunitas yang memiliki budaya lain. Agar Mangokal holi semakin melalui pertukaran informasi budaya yang dan lebihnya dapat menyelenggarakan acara yang dapat memperkenalkan adat mangokal Holi kepada masyarakat secara umum.




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun