Mohon tunggu...
demoedem
demoedem Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tertibkan Ojek Online

23 Oktober 2016   13:06 Diperbarui: 23 Oktober 2016   13:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadirnya ojek online sungguh sangat membantu kita saat membutuhkan transportasi yang cepat namun dengan biaya terjangkau. Di kemacetan kota, menggunakan ojek online untuk mengejar waktu adalah solusi yang paling tepat.

Tarif ojek online sangat masuk akal kita, bahkan seringkali dibawah tarif yang kita duga, berbeda sekali dengan ojek pangkalan yang tidak jelas dalam memberikan tarif (semaunya), artinya ojek online sangat jelas dalam tarif. Selain soal tarif pengemudi ojek online jelas identitasnya penumpang akan merasa aman, karena jika melakukan hal-hal yang tidak diinginkan mereka gampang untuk dilacak dan dilaporkan kepada pihak berwajib, pengemudi ojek onlinepun sudah pasti memiliki SIM bahkan lulus safety riding sehingga sudah pasti mereka mengerti aturan berkendara dan cara berkendara yang aman, hebatnya lagi ojek online ini difasilitasi asuransi jika terjadi kecelakaan dijalanan bukan hanya untuk pengemudi namun juga untuk penumpangnya.

Namun dibalik semua itu banyak sekali PR yang harus dibenahi oleh instansi terkait tentang maraknya ojek berbasis online tersebut. Pembatasan  driver di suatu wilayah harus dibatasi, sehingga dijalanan macet oleh ojek online, jangan sampai mereka  jadi pemicu permasalahan baru dijalanan. Selain itu ojek online saat ini terlihat jelas tidak jauh beda dengan ojek pangkalan (Opang)  yang mencari penumpangnya dengan cara mangkal, mereka mangkal di trotoar-trotoar jalan (lebih parah dari  opang), merekapun kini membentuk komunitas2 setiap wilayah/pangkalan, saat ini tidak ada masalah namun kedepannya pasti bakal muncul berbagai masalah.

Dengan banyaknya ojek online mangkal, secara otomatis komunitas ojek online di pangkalan – pangkalanpun terbentuk,  biasanya jika suatu kelompok sudah terbentuk maka akan sering terjadi konflik, berawal dari rasa senasib seperjuangan mencari nafkah dijalanan maka setiap ada suatu kejadian mereka akan sigap cepat membantu rekannya. Saat ini sering kita mendengar benturan-benturan antara ojek online dengan opang, kedepannya mungkin benturanpun akan terjadi dengan sopir angkot karena sewanya habis oleh ojek online.

Benturan-benturan dengan opangpun kedepannya bakal dimenangkan oleh ojek online, bayangkan ribuan driver ojek online disuatu wilayah bisa cepat bergerak sedangkan opang hanya puluhan saja. Disini penulis bukan ingin menyampaikan kalah menangnya benturan ojek online dengan opang ataupun dengan sopir angkot, namun hanya ingin kita semua membuka mata tentang transportasi ojek online supaya lebih ditertibkan, sebelum permasalahan semakin banyak dan susah diatasi, lebih baik dari sekarang ditertibkan, agar ojek online dilarang mangkal... mangkal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun