Mohon tunggu...
Demitri
Demitri Mohon Tunggu... Freelancer - Biarkan kata bicara

- Ibu rumah tangga. Suka utak-atik kata -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teladan Ibu

22 Desember 2021   08:48 Diperbarui: 22 Desember 2021   08:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ibu, tak satu pun memandang kita," keluh kuntum kuncup.

Ibu yang merekah merah menjawab dengan senyum.

"Hanya kumbang datang dengan sayap berdengung, hanya kupu-kupu bertumpu dari satu gerumbul ke gerumbul berikut," keluh kuntum kuncup berlanjut.

"Untuk merekalah kita hidup, anakku. Kita yang memastikan kumbang dapat tetap terbang dengan riang. Kita yang memastikan kupu-kupu mendapat madu," jawab ibu bunga merah.

"Tapi kami ingin berguna bagi manusia. Tampaknya mereka mampu segala," protes kuntum kuncup.

"Oh, anak-anakku... Mereka yang mampu segala tak sanggup hidup tanpa kumbang dan kupu-kupu. Tanpa kita, yang tak dipandang ini, mereka tak mampu bertahan," ibu bunga merah menjawab lembut.

Kumbang mungil memanggil kuntum kuncup, mengajaknya memandang langit. Langit biru berhias awan putih.

Kupu-kupu mendekat perlahan, mengusap kuntum kuncup dengan sayap lembutnya.

Mentari bersinar hangat. Angin berhembus lembut. Senyum ibu bunga merah merekah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun