Mohon tunggu...
Indah Pertiwi
Indah Pertiwi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

MUI, Reuni 212 Tidak Penting

30 November 2018   08:47 Diperbarui: 30 November 2018   10:10 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : panjimas.com/di sunting oleh penulis

Banyak ulama yang berkomentar menanggapi Reuni 212. Para ulama itu rata-rata menyatakan bahwa Reuni 212 tidak relevan lagi.

Begitu juga dengan pendapat dari Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, Masduki Baidlowi. Menurutnya rencana Reuni 212 yang akan digelar pada Minggu (2/12) itu sudah tak penting lagi. Aksi itu sudah terang mengarah ke aktivitas politis.

Karenanya, sebaiknya masyarakat perlu diajak berpikir rasional dalam memilih pemimpin. Masyarakat harus diberikan penyadaran bahwa pemimpin nasional yang terpilih harus memiliki program kesejahteraan masyarakat.

Pemimpin itu harus jujur dan memiliki kesederhanaan. Serta, telah teruji rekam jejaknya.

Penggunaan simbol agama dan isu SARA pada tahun politik, apalagi untuk menyudutkan lawan, hingga muncul narasi bahwa lawan politik itu adalah musuh agama, merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Terutama bagi bangunan bangsa Indonesia.

Oleh karenanya, Ketua MUI ini mengajak setiap pihak untuk jangan memproduksi wacana seperti itu. Kita ini saudara sebangsa-setanah air.

Yang jelas MUI tidak mengenal istilah organisasi atau Reuni 212. Kedua itu tak ada kaitannya.

Oleh karena itu, umat jangan diajak ke arah provokasi politik yang tidak rasional, seolah-olah sedang memperjuangkan agama. Padahal hakikatnya hanyalah untuk kepentingan politik praktis jangka pendek.

Pendapat Ketua MUI tersebut juga selaras dengan akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, A Bakir Ihsan. Menurutnya Reuni 212 memang dimaksudkan untuk kepentingan politik dan digunakan untuk menegasikan sesama muslim karena perbedaan politik.

Seperti wacana, 'mereka yang ikut golongan 212 berarti pembela Islam, sedangkan yang tidak ikut dan mendukung capres lain, maka musuh agama'. Ini tentu saja tidak benar.

Islam itu pada dasarnya adalah universal dan rahmatan lil 'alamin. Maka tak bisa disempitkan hanya karena perbedaan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun