Hujan yang mengguyur Ibu Kota pada Kamis (15/2) mengakibatkan beberapa titik di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara terendam banjir. Menghadapi itu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tampaknya tidak berdaya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP Sutopo Purwo Nugroho melaporkan bahwa per 15 Februari 2018 pukul 13.00 WIB, terdapat 53 RW di 18 kelurahan di seluruh wilayah Jakarta tergenang banjir. Dengan kasus seperti itu praktis Jakarta menjadi kota yang lumpuh.
Adapun penyebab banjir kali ini, selain karena curah hujan yang tinggi, Â juga diakibatkan oleh sistem saluran air yang tak bisa menampung debit air. Drainase perkotaan tidak mampu mengalirkan aliran permukaan saat hujan deras sehingga menyebabkan banjir.
Parahnya, melihat situasi seperti itu, Gubernur DKI Jakarta tampaknya tak memiliki solusi sama sekali. Padahal dirinya pasti mengetahui hal tersebut, namun ia tak memiliki langkah antisipasi dan penanganan strategis yang mumpuni.
Harusnya bencana banjir itu bisa dicegah bila pemerintah benar-benar berkonsentrasi untuk mengatasi banjir di Ibukota.
Sayangnya, alih-alih mengantisipasi dan menangani banjir dengan layak, Gubernur Anies justru meminta agar masyarakat menunggu pemerintah melakukan pemantauan dan monitor atas perkembangan situasi saja.
Hal itu sangat jelas menunjukkan tingkat perencanaan dan skala prioritas dari Gubernur DKI Jakarta. Ia tampak jelas tidak memiliki itus dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Ibukota Jakarta.
Itu, misalnya, terlihat dari kebijakan yang diambilnya pasca pelantikan tahun lalu. Meski sudah tahu akan memasuki musim penghujan, Anies ternyata tidak memprioritaskan soal penanganan banjir di Jakarta. Itu sebenarnya yang prioritas.
Sebaliknya, ia justru mengambil langkah untuk menata kawasan Tanah Abang dengan menutup Jalan Jatibaru. Itu pun menimbulkan polemik yang luas di masyarakat karena banyak merugikan warga biasa.
Meski Jakarta sudah hampir tenggelam sejauh ini Gubernur Anies juga belum melakukan aksi nyata untuk mengatasi banjir. Ia dapat dipastikan tidak melakukan tindakan apapun di saat warganya mulai menderita karena banjir kerap melanda kembali Jakarta.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat penurunan titik banjir di beberapa tempat. Penanganan banjir pun juga sangat cepat. Sehingga warga tak begitu menderita saat curah hujan sangat tinggi.