Menurut Wijaya (2007, dalam Lina Meilinawati 2021:91), kata teater berasal dari kata Theatron dalam bahasa Yunani memiliki arti panggung, sebuah tempat yang dirancang untuk menjadi area terjadinya sebuah peristiwa tontonan. Teater adalah ilmu yang paling "rakus". Dalam pementasan teater segala jenis ilmu masuk ke dalamnya, mulai dari ilmu mengenai tata busana, musik, arsitektur, Â psikologi, dan sebagainya (Rahayu & Amalia, 2021).
Teater pada awal kemunculannya memiliki fungsi sakral dan berkaitan dengan sisi keagamaan masyarakat. Fungsi teater semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, teater berfungsi sebagai hiburan, pendidikan, bahkan berfungsi sebagai alat kekuasaan dan propaganda politik (Rahayu & Amalia, 2021). Teater biasanya dimainkan oleh perkumpulan orang yang kemudian disebut dengan kelompok teater.Â
Menurut Durachman (1996, dalam Rahayu & Amalia 2021:149) Â terdapat enam kelompok teater yang menonjol di Indonesia. Keenam kelompok tersebut adalah Bengkel teater, Studiklub Teater Bandung, Teater Populer, Teater Kecil, dan Teater Koma.
Studiklub Teater Bandung merupakan salah satu pelopor teater modern pertama di Indonesia. Bermula dari kesamaan minat eman mahasiswa ITB dan seorang wartawan Pikiran Rakyat. Berdiri pada tahun 1958, Studiklub Teater Bandung saat ini sudah menginjak usia 64 tahun. Usia yang sangat panjang bagi sebuah kelompok teater. Meninjau kelompok-kelompok teater lain yang seusia dengan STB, tetapi tidak dapat bertahan hingga saat ini, eksistensi STB merupakan sebuah prestasi yang gemilang. Studiklub Teater Bandung telah menjalani perjalanan panjang selama 60 tahun lebih. Banyak tantangan dan rintangan yang telah mereka lalui. Bagaimana cara STB dapat bertahan sampai saat ini, menarik untuk dibahas.
Markas kelompok teater Studiklub Teater Bandung (STB) berada di Jalan Baranag No. 1 Kosambi, Ruang depan GK. Rumentang Siang, Kota Bandung, Jawa Barat. Di Gedung Rumentang siang lah kelompok STB kerapkali melangsungkan sebuah pertunjukan teater. Sebagai kelompok teater modern tertua di Indonesia yang masih aktif, STB telah melaksanakan berbagai aktivitas, antara lain Mementaskan drama saduran, terjemahan, dan bukan terjemahan; mengadakan kerjasama dengan kelompok-kelompok teater lain seperti Teater Kristen Bandung  (TKB) dan Teater Perintis, mengadakan kursus seni peran yang menghasilkan banyak seniman teater berbakat, mengadakan pameran teate, dan mengadakan kerjasama pementasan Opera dengan Sanggar Susvara. Mempertahankan STB sebagai kelompok teater tertua di Indonesia tentunya bukanlah sebuah hal mudah. terdapat beberapa faktor yang menyebabkan STB dapat bertahan hingga sekarang, baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal.
Faktor internal pertama adalah STB setiap tahun selalu melakukan regenerasi anggota. Menurut Kemal (2022) regenerasi tersebut dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan Acting Course. Acting course adalah pelatihan keaktoran dan apapun yang berhubungan dengan teater. Dikegiatan ini para peserta mempelajari dan saling berbagi ilmu tentang dunia teater. Selain mengadakan Acting course STB juga memiliki rasa kekeluargaan yang erat. Menurut Arya (2022) rasa kekeluargaan tersebut sudah ada sejak STB berdiri.Â
Para pendiri STB telah menerapkan budaya berdiskusi dalam menggarap sebuah pementasan. Para anggota saling menghargai dan tidak saling menggurui satu sama lain sehingga tercipta rasa nyaman dibenak anggota STB. Studiklub Teater Bandung memberikan wadah bagi siapa saja yang ingin mengembangkan minat dan bakat dibidang teater. Secara tidak langsung hal tersebut telah menumbuhkan rasa cinta terhadap STB pada setiap anggotanya.
Menurut Sugiyanti (2009) adanya rasa cinta dari para penggiat STB menjadi salah satu alasan STB dapat bernafas hingga sekarang. Faktor selanjutnya adalah adanya kesepahaman anggota STB bahwa mereka berada di STB bukan untuk mencari uang melainkan mereka menjadikan STB untuk mencari kesenangan dan mengambangkan minat mereka. faktor internal terakhir dan paling utama adalah tidak ada satu sosok dominan di dalam kepengurusan STB. Hal tersebut menjadikan STB dapat terus bertahan walaupun tongkat kepemimpinan terus berganti. Kelompok teater lain umumnya berhenti ketika pemimpin utama mereka pergi atau meninggal.
Studiklub Teater Bandung memiliki sistem organisasi yang kuat. Namun, sistem tersebut tidak akan bertahan tanpa dukungan dari pihak eksternal. Menurut Arya (2022) STB juga menjalin hubungan kerja sama dengan pihak eksternal untuk dapat bertahan. Studiklub Teater Bandung bekerja sama dengan Institute Francais Bandung (IFI). Bentuk kerja samanya adalah STB meminta IFI untuk menerjemahkan naskah bahasa Francis untuk dipentaskan oleh STB. Selain itu, STB juga mendapat bantuan dana dari IFI dengan syarat STB harus mementaskan drama dari negara Francis.Â
Kerja sama dalam bentuk yang sama juga dilakukan oleh STB dengan Goethe Institute Bandung dengan syarat STB harus mementaskan naskah drama dari Jerman. Studiklub Teater Bandung juga melakukan kerja sama dengan perusahaan dalam negeri untuk mendapat dana pementasan. Syarat yang diberikan oleh pihak perusahaan (Sponsor) adalah STB melakukan promosi produk perusahaan tersebut. kekuatan faktor internal dan kerja sama dengan faktor eksternal yang dilakukan oleh STB merupakan hal yang sangat baik sehingga mereka dapat bertahan dan melewati semua rintangan yang menghadang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H