Dari peristiwa persekusi di CBD Thamrin Jakarta, kita belajar tentang bagaimana seharusnya orang tua mendidik dan melindungi mental anaknya.
Saya yakin tidak semua orang bisa bersikap seperti ibu Susi. Mungkin jika ibu Susi bukan seorang ibu berkarakter kuat, ia akan panik dan menangis bersama anaknya.
Tapi yang kita lihat, sambil ia menepis tindakan orang yang melecehkannya, ibu Susi membawa anaknya berjalan menjauh. Dan pada saat yang penting dan genting, dimana si anak sudah ketakutan, ia memberi penguatan dan didikan pada Davin. Supaya anaknya tahu, mereka dilecehkan bukan karena mereka salah. Tidak ada yang perlu ditakutkan kalau ia tidak salah. Berani karena benar.
Ini luar biasa!!! Satu pengalaman hidup yang tidak akan bisa dibeli oleh si anak.
Sebaliknya seakan Tuhan memperlihatkan satu sikap yang buruk, tidak gentlemen, tidak berperasaan dari para lelaki yang lahir dari seorang wanita dan pastinya punya keluarga. Bagaimana kalau istri dan anaknya diposisi mereka?
Tentunya menjadi kontraproduktif bagi panitia dan penggagas acara. Acara mereka menjadi cemoohan.
Tidak ada yang akan setuju dengan perbuatan para pelaku. Mau di uji pakai nilai-nilai kepatutan dan kepantasan dibelahan dunia manapun (universal), ini tindakan pelanggaran terhadap hak asasi orang lain. Kecuali bagi penganut paham terorisme dan pendukung radikalisme, ini hal biasa yang tak perlu dipersoalkan.
Sekarang waktunya aparat untuk bertindak. Negara ini melindungi Hak Asasi Manusia. Komnas Perlindungan Ibu dan Anak mestinya bersuara. Jangan dibiarkan, nanti persekusi menjadi hal yang lumrah dan biasa. Itu bukan sifat asli orang Indonesia...
Salam waras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H