Mohon tunggu...
Washinton Dedy
Washinton Dedy Mohon Tunggu... Relawan - Orang awam

Hanya orang biasa, bukan siapa2....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Djarot Bukan Orang Sumut, Kenapa Rupanya?

7 Januari 2018   19:27 Diperbarui: 7 Januari 2018   19:27 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau Djarot Bukan Orang Sumut, Kenapa Rupanya?

Salah satu calon yang berlatar belakang militer menyebut dengan gamblang "Saya orang asli Sumut dan tahu situasi Sumut!"

Isu primordial ini marak dalam setiap jengkal ruang demokrasi kita.  Isu yang dihembuskan by design tentang putra daerah dan bukan putra daerah untuk membangkitkan fanatisme geografis dalam menghadapi Djarot.

Pertanyaannya sekarang, apakah ada jaminan bahwa putera daerah akan membela kepentingan daerahnya lebih dari keuntungan pribadi?  Sejarah membuktikan , dalam konteks Sumatera Utara, justru putera daerah tersebut yang membawa pembangunan Sumut mandek akibat kasus korupsi yang bertui-tubi dilakukan mereka.

Hal ini yang membuat negara kita tidak maju.  Sebagai contoh dalam sistem pemerintahan, jika ada salah satu kepala daerah memerintah, maka faktor isme untuk menempati struktur kepemimpinan dijajarannya akan terasa sangat kental.  Apakah karena satu suku, satu agama, satu marga, satu kampung dsb.

Silahkan adu program, adu pengalaman.  Bukan memanfaatkan isu primordialisme. 

Tapi masalahnya justru disitu bro! Bicara tentang pengalaman birokrasi mereka tidak punya.  Keunggulan apa lagi yang ditawarkan selain dari pada originalitas asalnya.

Mari kita kedepankan profesionalitas, keluar dari pola pikir lama.  Jakarta alami banyak kemajuan dalam era kepemimpinan Ahok dan Djarot.  Jika pola tersebut diterapkan di Sumut dan Sumut alami perubahan, bukankah ini mimpi kita semua?

Jangan mau termakan isu primordialisme, Sumut bukan Jakarta! Kalau Djarot bukan orang Sumut, kenapa rupanya?

Slama Anak Medan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun