Mohon tunggu...
Demanda Bima
Demanda Bima Mohon Tunggu... Seniman - rwa bhineda

rwa bhineda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinkronisasi Pola dan Peradaban

15 Juni 2020   00:15 Diperbarui: 15 Juni 2020   00:21 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peradaban berdasar dari kata adab yang mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun, dengan demikian peradaban adalah segenap perilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan dari tiap lintas waktu maupun zaman, baik dalam realitas politik, ekonomi, budaya, dan sosial lainnya. Letak peradaban ini dianggap penting karena dapat mengatur apa yang akan terjadi di zaman berikutnya. Hal itu terbukti dengan adanya pola yang saling terkait pada waktu sebelum, sedang dan yang akan terjadi. Sebagai contoh dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang dikaruniai dengan tanah, air serta berbagai macam tumbuhan menjadikan setiap dari hal tersebut untuk bisa dikonsumsi namun tidak merugikan alam sendiri, misalkan produksi makanan yang dibungkus daun pisang, jati dsb.

Apabila ditinjau dari isu zero waste yang mencuat akhir-akhir ini dari media lokal ataupun Internasional yang berangkat dari fenomena di Barat, nenek moyang kita sudah amat mengetahui tentang hal tersebut namun pengejawantahanya dalam bentuk yang berbeda, bisa diliputi mitos ghaib atau cerita dari suatu kerajaan yang ada di era suatu produk zero waste dengan kearifan lokal tersebut dicetuskan. Kemudian menariknya adalah tidak ada pengakuan atas yang telah dikreasikan tersebut. Dari hal ini dapat ditarik sedikit simpul bahwa peradaban nenek moyang masyarakat Indonesia sudah memprediksi peradaban dan cara merawat peradaban tersebut sehingga akan terwujud suatu keberlangsungan sampai ke generasi berikutnya, bukan hanya kemakmuran pada saat itu saja.

Berbeda dengan hal yang terjadi pada saat ini, banyak yang menyerukan tentang peradaban namun lupa akan esensi tentang apa itu beradab dan maksud peradaban.

Memang hal  seperti ini hanya dapat dimaknai sebagai nilai pribadi dari setiap individu yang sadar terhadap keberlangsungan anak cucu bukan hanya pada kemakmuran diri pribadi.

Memulai pelestarian dapat berangkat dari belajar sesuatu, salah satunya adalah sejarah, meskipun banyak saat ini yang kurang tertarik dengan bidang sejarah dikarenakan kita tidak hidup didalam zaman tersebut namun hal ini dirasa efektif dalam memprediksi peradaban yang akan terjadi di kemudian hari serta langkah yang akan diambil meskipun terkadang berbeda dengan kebanyakan orang karena individu yang sadar seperti ini membagi peradaban menjadi kebudayaan dan kemajuan dari segi nilai bukan hanya dalam wujud material saja, misalkan dipandang dari segi budaya, banyak peradaban yang dapat diambil dari hal tersebut misalkan nilai cara berpakaian, ataupun filosofi jenis makanan serta hal-hal yang terkadang dikeramatkan demi menjaga suatu hal yang lain, antara lain sumber air, dan kedekatan dengan hewan maupun tumbuhan pengontrol rantai makanan dsb.

Segi kemajuan salah satubya dapat dilihat dari nilai pemikiran, yaitu tidak serakah dalam memanfaatkan segala sesuatunya yang diwujudkan berupa petuah nenek moyang, yang saat ini banyak berlalu lalang di linimasa gadget kita sehingga dalam berpikir maupun berperilaku dipikirkan dengan matang tentang dampak baik atau buruknya.

Hal tersebut berbeda dengan peradaban yang berlaku sekarang, dimana semua dengan gampangnya menilai segala sesuatunya dari luar tanpa proses berpikir atau perenungan tentang dampak dalam lima atau sepuluh bahkan lima puluh tahun mendatang, sehingga sebenarnya diri kita sendirilah yang merusak dari tatanan peradaban yang dengan sungguh-sungguh dirawat oleh nenek moyang serta tidak membaca pola yang sudah terjadi di masa lampau dimana sudah dituliskan di prasasti atau tokoh-tokoh cerita rakyat maupun nilai epos budaya seperti pewayangan dsb. Perlunya membaca pola adalah untuk menjadi lebih bijak atau setidaknya mengamankan anak cucu di peradaban mendatang saat terjadi masa sulit dari segi ekonomi, ketahanan pangan kesehatan atau menghilangnya nilai kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun