Mohon tunggu...
Demadi
Demadi Mohon Tunggu... -

Habis tangis, kering tawa. Jejak perjalanan. Serpihan-serpihan. Dihidangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Infrastruktur yang Tak Dirindukan

6 Maret 2018   04:30 Diperbarui: 6 Maret 2018   08:48 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang, sekarang ini banyak hal yang beralih menjadi onlen. Pedagang telor asin di Brebes tak mau kalah ikut beralih. Karena belum fasih onlen, sementara pindah ke Tegal. Bersama lapak dan telur-telurnya, dan beberapa keranjang bawang merah. Soalnya Brebes sekarang sepi. Jalan tol sudah mencapai Brebes Timur.

Semacam pemerataan hak untuk menyandang label suatu kota. Sekarang Tegal pun jadi kota telor asin dan bawang merah.

Kelak, kalau Tegal sudah dilintasi tol, telor asin pindah ke Pemalang. Terus ke Pekalongan. Batang. Kendal. Kalau anda berumur panjang mungkin akan menyaksikan Surabaya sebagai penghasil telor asin. Kan dekat Madura. Penghasil garam. Kalau kurang tinggal impor melalui Tanjung Perak. Di sana ada tol laut yang semakin marak.

Betapa kunonya meratapi hal semacam ini. Bukan kah segala sesuatu sudah digariskan oleh Yang Kuasa, setidak-tidaknya oleh sang penguasa.

Tapi siapa juga yang melarang meratap di atas jenazah. Toh mereka semua sudah mati. Dan akan banyak yang menyusul.

Bayangkan suatu ketika, setiap kota di republik akan tersambung oleh jalan tol, yang agung itu. Dan desa-desa setidaknya dilalui olehnya. Jangan khawatir. Akan segera ditemukan roda yang tidak pernah aus. Kopling yang tak pernah tergerus. Kampas rem yang tak perlu diganti. Truk yang digerakkan oleh listrik dari kawah Gunung Merapi. Sopirnya didownload dari Google.

Akan diterapkan jalur 7 in 1 sehingga orang lebih peduli untuk memberi tumpangan bagi tetangganya.

Persetan ada negara-negara yang mulai meruntuhkan jalan tol dan menjadikannya taman atau kolam ikan. Negara mana itu. Pasti tidak paham statistik. Aku tidak pernah membacanya di onlen. Kalau pun ada, mereka itu terlalu menstrim.Ini jaman now harus nyleneh. Supaya orang kaget dan menjadi sebuah booming.

Bagaimanapun kita harus optimis. Kalau tidak optimis bagaimana? Ya tak apa.

Yang penting masih bisa pipis. Dan jangan salah arah. Kalau salah arah. Apes-apes kamu tercyduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun