Â
Hi Ra, aku tidak tahu ini tulisan keberapa tapi yang pasti kamu masih jadi peran utama disetiap tulisan - tulisan panjangku Ra.
Ra, aku tahu mungkin tulisan ini hanya akan menjadi tulisan yang tidak akan kamu baca sampai kapanpun tapi aku tidak bosan untuk menuliskan tiap -- tiap kata, menuliskan bagaimana aku jatuh cinta lalu merelakan dengan ikhlas. Aku tidak tahu bahwa hadirnya kamu membuatku ingin membagi rasa bahagiaku pada pena dan kertas, seolah - olah kamu punyaku selamanya.
Tapi Ra, ada satu waktu penaku berhenti berbisik pada kertas. Saat secara sadar kita memilih untuk berjalan dijalan kita masing - masing. Â Aku lama sekali mematung, menerawang, membiarkan pikiranku berkelana mencari sebuah jawaban tentang mengapa penaku berhenti menuliskan apa yang ingin sedang aku rasakan.
Hingga tanganku aku paksa menuliskan perasaanku. Tulisanku kacau Ra hanya sebuah coretan - coretan tak jelas, tak terbaca. Aku terdiam lalu menutup mataku. Saat itu juga jawaban atas pertanyaanku terjawab. Air mata. Ternyata bukan tanganku yang tak mau menggerakkan pena tapi hatiku yang tak kuasa untuk menahan atas rasa sakit. Rasanya aku ingin membiarkan rasa sakit itu tetap dalam benakku, membiarkan ia bersarang disetiap ruang - ruang hati dan pikiranku. Aku tahu saat itu membuat dadaku sesak tapi memang seperti itu adanya.
Mungkin benar kata Sebagian orang ada saatnya kisah yang memilukan itu hadir ditengah - tengah kebahagiaan, memutar balik kisah.
Tentang hal membeci pada seseorang yang harusnnya disayangi. Tentang hati yang benar - benar hancur karena harapan. Tentang menemukan banyak hal saat kehilangan.
Apa yang bisa aku perbuat ? menangis ? mengurung diri ? mengutuk semua orang atau mencoba melihat dari sisi lain, mencoba memilah dan memilih tindakan seperti apa yang harus dilakukan ?
Seakan -akan diingatkan lagi bahwa pada dasarnya memutuskan melepaskan dan membiarkan kehilangan, akan menjadi pilihan yang tepat.
Mengenalmu dan berujung mengenangmu mungkin sudah suratan takdir Ra.
Tak apa, setidaknya aku bisa belajar apa itu kesabaran, keteguhan, komitmen dan konsisten.
Kita bertemu untuk mengambil hal yang baik dan sama - sama mencari jalan yang terbaik bukan kah seperti itu, Ra ?
Semoga dimanapun kamu berada tetap menjadi perempuan hebat yang aku kenal, Ra.
Sekali lagi aku pamit, Ra. Besok kutuliskan lagi cerita panjangku yang tidak tersampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H