TULISAN ini sebenarnya sudah pernah diterbitkan di media massa tempat saya bekerja. Mumpung file tulisan tahun lalu ini masih ada di gadget, saya ingin menceritakan kembali obrolan saya dengan seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) di kota saya, sebut saja namanya Bunga.
Eits, jangan berpikiran negatif dulu sebelum selesai membaca paragraf kedua ini. Jangan berpikir, saya sedang membeli jasa yang biasa dijajakan Bunga kepada lelaki hidung belang. Hehehe
**
Siang itu, Rabu 25 Juli 2018 di sebuah Shelter milik Dinas Sosial (Dinsos) di kota saya mendadak ramai. Ada puluhan wanita cantik ditampung dan ditempatkan di Aula Shelter. Beberapa terlihat mengantre di luar kamar mandi. Beberapa ada yang sedang menyantap makanan dan ada pula yang sedang bersantai.
Mereka digrebek dari salah satu lokalisasi terbesar di kota saya, pada Minggu 22 Juli atau tiga hari sebelum saya bertemu dengan puluhan PSK di Shelter itu. Kisah perjalanan beberapa PSK yang ditangkap itu cukup beragam.
Ada 54 PSK yang ditangkap. Salah satunya Bunga. Menjajakan seks sudah pernah dilakukan Bunga hingga ke Jepang dan Malaysia. Sulit memang mendapatkan kepercayaan Bunga, agar Ia mau menceritakan perjalanan hidupnya, hingga Ia ditangkap Satpol PP dan dititipkan di Shelter.
Saya harus atur strategi agar Ia mau bercerita tentang perjalanannya menjajakan seks hingga ke Negeri Sakura. Pertama kali Bunga menginjakkan kaki ke Jepang pada usia 15 tahun. Ia bersama temannya bertolak dari Sumatera Utara menuju Jepang untuk menjadi PSK.
Materi yang berlimpah membuat Ia tergiur berkecimpung ke dunia hitam itu, "Di luar negeri bayarannya mahal," kata Bunga saat kami berbincang.
Dua tahun lamanya Bunga menjajakan diri di Jepang. Lantaran ada masalah, Ia pun bertolak ke Malaysia. Di Malaysia, lagi-lagi Ia bekerja untuk memuaskan nafsu para lelaki hidung belang.
"Sampai umur 17 tahun di Jepang. Abis itu aku ke Malaysia," kata Bunga.
Di Jepang dan Malaysia, Ia menuturkan, untuk sekali kencan, Ia bisa mendapatkan Rp2 juta hingga Rp2,5 juta. "Iya. Kalau dirupiahkan segitu (Rp2,5 juta)," jelasnya.
Cukup lama Ia menetap di Negeri Jiran sebagai PSK. Ia mengaku, tidak pernah menikmati pekerjaan yang Ia lakukan. Hanya saja, bayaran yang tinggi membuatnya harus melakukan pekerjaan itu.
Ia blak-blakan bercerita ketika pernah ditangkap saat razia prostitusi di Malaysia. Dari situlah, Ia kembali ke Indonesia dan menetap di lokalisasi di kota saya. "Pernah ditangkap. Dibotakin (dicukur) semua. Mulai dari rambut, sampai ke bawah," kata dia.