Berselancar di Instagram alias IG, lalu menemukan beberapa akun milik anak-anak para pejabat publik lokal. Namanya juga anak pejabat ya, isinya jelas foto-foto penuh kemewahan. Foto liburan ke luar negeri, foto pesta, foto keluarga dengan pakaian yang terlihat tidak berharga murah, foto dengan koleksi tas yang wow, dan sejenisnya itu.
Namanya juga instagram. Di sanalah tempat memamerkan kepunyaan masing-masing. Memamerkan kehidupan yang glamor, dengan latar belakang liburan ke luar negeri, berikut koleksi pakaian, sepatu, tas, dan segala materi yang jelas bukan materi berkategori biasa.
Iya sih, sah-sah saja setiap orang memajang foto-foto mereka. Ingat, itu instagram. Tempat memajang foto untuk dipamerkan, tapi jika dilakukan oleh para pejabat publik termasuk keluarganya (keluarga inti terutama), kesannya jadi tidak pantas alias tidak etis alias tidak senonoh (tidak indah dipandang). Mahfum jika anak-anak pejabat itu dari daerah yang kaya misalnya, Kutai atau negeri Brunai Darussalam, itu wajar jika bertabur kemewahan.
Bagaimana kemudian rasanya melihat anak-anak pejabat di akun instagram mereka memajang foto-foto pamer kemewahan? Liburan ke luar negeri, pamer sepatu dan tas mewah, pesta-pesta ala sosialita, makan di kafe atau restoran yang bukan kafe/resto biasa, foto di hotel mewah, dan sejenisnya itu yang bertabur kemewahan. Kemudian bandingkan dengan daerah di mana orangtua mereka menjadi pejabat publik yang ternyata bukan daerah yang termasuk ber-PAD tinggi alias daerah minus? Seperti halnya bagaimana seorang Setya Novanto, wakil rakyat yang ternyata mewakili daerah yang minus tapi memakai arloji yang harganya seharga mobil mewah? Pasti ough ough menghunjam jantung buat rakyat yang dipimpinnya melihat itu semua.
Ah, namanya juga instagram. Tempatnya pamer memang. Lagipula pastinya yang punya akun instagram juga minimal orang kelas menengahlah.
Zaman kini, 'mendidik' hati untuk lebih punya kepekaan sosial dan tenggang rasa perlu dilakukan. Bagaimanapun, mau tidak mau ini bicara soal etika. Apakah etis, keluarga pejabat publik terlebih pejabat publik itu sendiri memamerkan kemewahan kehidupannya di social media? Apakah sempat dan pernahkah mereka merenungkan apa itu makna sebuah KEPANTASAN? ETISKAH? PANTASKAH? WAJARKAH?
Menjadi pejabat publik dan keluarga pejabat publik selayaknya mampu menerima konsekuensinya. Berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku karena pasti menjadi sorotan publik. Namun, rupanya olah rasa sudah semakin lama ditinggalkan. Sudah dilupakan atau bahkan tidak tahu apa itu OLAH RASA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H