KOMUNITAS MUDA PEDULI KEPENDUDUKAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia akan menghadapi fenomena besarnya proporsi penduduk usia produktif (15-60 tahun) dan penduduk usia muda (10-24 tahun) sampai dengan sekitar tahun 2030. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka ketergantungan (dependency ratio) dan sangat berdampak positif pada pembangunan ekonomi. Sekarang ini Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Pada tahun 2020-2030 Indonesia mengalami masa “window of opportunity” yaitu masa dimana “dependency ratio” berada pada posisi sangat rendah. Setelah 2030 “dependency ratio” akan kembali meningkat. Indonesia harus melakukan investasi secara efektif dan efisien dalam SDM, terutama kelompok usia muda jika tidak ingin “window of ooportunity” tersebut berubah menjadi “window of disaster”.
Untuk investasi yang efektif, efisien dan berkualitas di bidang kesehatan termasuk kesehatan reproduksi, pendidikan, dan pelatihan untuk penduduk usia muda (10-24 tahun) adalah keharusan. Kesehatan kelompok generasi muda terutama terkait dengan perilaku sexual berisiko, merokok, alkohol dan obat-obatan terlarang sangat memprihatinkan.
Melihat kondisi permasalahan di atas, maka kondisi kependudukan tersebut akan berdampak pada kehidupan bangsa Indonesia terutama generasi mendatang, Potensi kaum muda memegang peranan penting dalam menentukan arah dari bangsa ini. Dengan mengetahui kondisi kependudukan tersebut kaum muda harus mempersiapkan hidup lebih baik, dapat memberi makna hidup yang lebih baik kepada keluarga, masyarakat, lingkungan dan dunia. Kaum muda dapat berperan untuk membuat dunia yang lebih baik dan menghindari dunia dari kehancuran. Kaum muda bisa berperan agar generasi mendatang lebih baik dari generasi saat ini, bukan lebih buruk.
Untuk itu kesiapan kaum muda menerima tantangan besar ini, apa yang dibutuhkan oleh kaum muda, pengarahan apa yang dibutuhkan, aksi apa yang dibutuhkan oleh kaum muda untuk mengembangkan kreativitas dan peran dalam pembangunan, kaum muda kerap hanya dianggap sebagai obyek pembangunan sehingga peran mereka dihambat, untuk itu DITPENDUK (Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan) yang merupakan salah satu direktorat di bawah Kedeputian Pengendalian Penduduk – BKKBN menggagas sebuah ide yang melibatkan Komunitas Kaum muda untuk berpartisipasi dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi anggotanya, sehingga kaum muda dapat mengalami proses belajar sosial, sebagai agen of change yang mengeksternalisasi realitas sosial kependudukan di dalam komunitasnya masing-masing sesuai dengan peran institusional yang terbentuk atau yang diperankannya.
Dari pemikiran ini muncullah KOMPAK. Singkatan dari Komunitas Muda Peduli Kependudukan. KOMPAK sendiri merupakan kelompok sosial yang nyata yang terdiri dari individu-individu dengan berbagai peran dan latar belakang yang mempunyai satu tujuan tertentu.
KOMPAK merupakan jawaban dari harapan tentang perilaku, peran sosial kaum muda sebagai anggota masyarakat atau kelompok terhadap permasalahan kependudukan. KOMPAK merupakan pelabelan (labelling) terhadap komunitas kaum muda yang membangun konsepsi diri yang menggabungkan antara perkembangan kognitif tentang kependudukan dengan aksi nyata peduli kependudukan melalui 3 proses yaitu organisasi, adaptasi dengan pemanfaatan tehnologi informasi.
Tujuan khusus dari KOMPAK itu sendiri adalah :
1. Mendorong kaum muda untuk mengenal masalah-masalah kependudukan
2. Mendorong kaum muda untuk lebih peduli terhadap masalah-masalah kependudukan
3. Mendorong kaum muda untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan positif guna mengatasi permasalahan kependudukan
4. perubahan perilaku /sikap untuk lebih memperhatikan masalah-masalah kependudukan, dengan demikian dapat meningkatkan wawasan sosial dari Kaum muda.
Tujuan KOMPAK sejalan dengan salah satu tugas pokok dan fungsi DITPENDUK untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang kondisi kependudukan dan permasalahan yang mencakup segala gatranya kepada seluruh elemen bangsa terutama kaum muda agar memiliki sikap dan perilaku hidup berwawasan kependudukan dimana upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan terhadap organisasi kekaum mudaan.
Sasaran dari KOMPAK sendiri adalah komunitas kaum muda dan siapa saja yang mempunyai kepedulian terhadap issue-issue dan permasalahan kependudukan dapat menjadi anggota KOMPAK.
AKSI KOMPAK
Dua metode pemberdayaan komunitas yang menerjemahkan lebih lanjut pendekatan apresiatif
dalam pengorganisasian masyarakat adalah Community Life Competence Practice (CLCP), yaitu:
Membangun Komunitas Kompeten, dan metode Asset-Based Community Development (ABCD),
yaitu: Pembangunan Komunitas Berdasarkan Aset/Kemampuan yang Ada. Kedua metode ini
telah banyak dipraktikkan di Indonesia. Melalui pengalaman Indocompetence dengan CLCP dan
Inspirit dengan ABCD metode Dialog Warga telah dapat dikembangkan dan diperkayakan.
Metode CLCP diperkenalkan dalam rangka menghadapi isu-isu seputar HIV dan AIDS di
Indonesia, didukung oleh UNFPA, dan diimplementasikan oleh beberapa unsur LSM, antara lain
Indocompetence. Pendekatan CLCP mempunyai tiga elemen kunci yang menjadi inspirasi bagi
pendekatan Dialog Warga: pertama, CLCP menekankan aspek kemanusiawian, artinya semua
peserta adalah manusia yang berharga, berhak didengar dan mempunyai mimpi, serta mampu
berkembang. Kedua, berbasis kompetensi komunitas, artinya, komunitas dianggap mampu
mengendalikan proses peningkatan kemampuannya, berkembang dan beraksi. Ketiga, cara
bekerja atau pendampingan masyarakat adalah sangat non-invasif, artinya, fasilitator
pendamping mendengar lebih banyak daripada berbicara atau mengajar, menstimulan lebih
banyak daripada mendikte, menghargai daripada menggali masalah, dan membantu komunitas
untuk berubah berdasarkan kemapuan dan realisasi kemandiriannya.
1
Metode ABCD memperkenalkan model empat langkah: discover, dream, design rencana aksi,
dan deliver/ destiny, artinya melaksanakan aksi serta mengalami perubahan yang diinginkan.
Metode ini misalnya disebarluaskan melalui kegiatan proyek ACCESS (dibiayai Pemerinta
Australia) yang mengembangkan kapasitas untuk pemerintahan yang baik di tingkat kabupaten
dan kota hingga ke level desa. Konsep pelaksanaan ABCD ini diadopsi untuk konteks
pemerintahan lokal oleh organisasi Inspirit.
2
Kapasitas memfasilitasi secara apresiatif harus dilatih dan dikembangkan dalam praktik. Karena
itu, semua fasilitator Dialog Warga harus mengikuti pelatihan tentang pendekatan dan metode
AI, serta kapasitas fasilitasi khusus yang diperlukan. Panduan ini bertujuan untuk memberi
fasilitator pendamping pengarahan dalam pelaksanaan proses.
KOMPAK mendeliver rencana menjadi aksi nyata dengan fasilitator (dalam hal ini BKKBN) sebagai pendamping, menstimulan kelompok serta organisasi pemuda.
Aksi nyata KOMPAK dituangkan dalam :
1. Pemahaman terhadap issue dan permasalahan kependudukan
2. Pencitraan terhadap perilaku hidup berwawasan kependudukan
Mengenggam Harapan
Diharapkan dengan KOMPAK saatnya kaum muda mengambil peranan dengan mengatakan : Inilah saatnya beraksi dengan lantang berkata :
1. I aware : mengenai perkembangan dengan jumlah penduduk dunia, kebutuhan dan ketersediaan air, pangan dan energi.
2. I care : mengenai issue-issue kependudukan
3. I do : mulai melakukan langkah-langkah aksi nyata KOMPAK melalui perilaku hidup berwawasan kependudukan
Dengan demikian generasi muda melalui organisasi kemasyarakatan kaum muda dari sektor formal, non formal dan informal sebagai pewaris bangsa yang akan mengisi dan berkiprah dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara harus memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang kondisi kependudukan dan permasalahannya melalui pembentukan karakter, sikap dan perilaku berwawasan kependudukan dengan segala gatranya. Singkat kata jalan pintas investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan menyelamatkan bumi dengan segala isinya mengantarkan rakyat Indonesia ke dalam kehidupan yang layak baginya seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri Bangsa Indonesia.
Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan
(DITPENDUK)